RUANG
LINGKUP FISIK MANAJEMEN KELAS
Makalah disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Manajemen Kelas yang dibina oleh Bapak Ahmad Nurabadi S.Pd, M.Pd
Oleh Kelompok 6:
1. Dehfi Yuhwaningsih
|
170131601087
|
2. Kholifatul Khoiria
|
170131601069
|
3. Rosa Melani
|
170131601082
|
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Agustus, 2018
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat
beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena penulis
sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mengalami
kesulitan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan walaupun masih terdapat kekurangan didalamnya. Karena itu,
sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
perencanaan pendidikan, Bapak Ahmad Nurabadi S.Pd, M.Pd yang telah membimbing
selama pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, hal ini karena kemampuan dan pengalaman yang masih ada dalam
keterbatasan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
konstruktif, demi perbaikan dalam makalah ini yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat menambah pengetahuan terutama
bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Malang, 27 Agustus 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
BAB I PENDAHULUAN
1.2
Rumusan Masalah
2
1.3
Tujuan Penulisan
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Ruang Lingkup Fisik Manajemen Kelas 3
2.2
Pengaturan Tempat Duduk Peserta Didik 4
2.3
Pengaturan Peletakan Alat-alat Pelajaran 10
2.4
Penataan Keindahan dan Pemeliharaan
Kebersihan Ruang Kelas 10
2.5 Pengaturan Ventilasi dan Cahaya Ruang Kelas 11
2.6 Pengaturan Akuistik dan Warna dalam Ruang Kelas 11
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR RUJUKAN
14
ii
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 2.1 : Tatanan Ruang Kelas
TK dengan Menerapkan Prinsip Loisell 5
Gambar 2.2 : Tempat Duduk Model Huruf U 6
Gambar 2.3 : Tempat Duduk Model Corak Tim 6 Gambar 2.4 : Tempat Duduk
Model Konferensi 7 Gambar 2.5 : Tempat Duduk Model Lingkaran
7 Gambar 2.6 : Tempat Duduk Model Susunan Chevron 8 Gambar 2.7 : Tempat Duduk Model Auditorium
8 Gambar 2.8 : Tempat Duduk Model
Tradisional 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ada berbagai macam cara atau usaha yang
dapat dilakukan agar suatu pembelajaran dapat menjadi lebih berkualitas, salah
satunya yaitu dengan peningkatan kemampuan atau kompetensi sumber daya pendidik
(guru). Dalam hal ini, Djabidi (2016:35) menyatakan bahwa “Pada dasarnya,
kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok yaitu mengajar dan
mengelola kelas.” Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh
pembaharuan kurikulum ataupun fasilitas sekolah. Pembelajaran yang berkualitas
dapat diperoleh dengan cara menerapkan strategi yang tepat dalam pengelolaan
kelas. Pengelolaan kelas merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan
dalam mewujudkan tujuan pembelajaran yang nyaman dan kondusif bagi perseta
didik. Disamping itu, dapat memungkinkan suatu pembelajaran menjadi efektif dan
mudah diterima oleh peserta didik.
Hal-hal yang mempengaruhi manajemen atau
pengelolaan kelas ditinjau dari ruang lingkupnya ada dua macam yaitu ruang
lingkup fisik dan non fisik. Ruang lingkup fisik meliputi: pengaturan ruang dan
fasilitas dalam kelas mencakup pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat
pelajaran, penataan keindahan dan kebersihan ruang kelas, ventilasi dan
pengaturan cahaya, serta akuistik dan warna. Sedangkan ruang lingkup non fisik
meliputi, pengaturan siswa yang mencakup interaksi siswa dengan lingkungannya
didalam kelas, baik interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru.
Dapat dikatakan bahwa Ruang lingkup
memiliki peran penting dalam tercapainya proses pembelajran yang nyaman bagi
guru maupun peserta didik. Dalam makalah ini akan dibahas ruang lingkup fisik
manajemen kelas yang baik dan tepat guna mendukung tercapainya tujuan manajemen kelas.
1
2
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan ruang lingkup fisik
manajemen kelas?
2.
Bagaimana pengaturan tempat duduk peserta didik di
dalam kelas?
3.
Bagimana peletakan alat-alat pelajaran dalam
pengelolaan kelas?
4.
Bagiamana penataan keindahan dan pemeliharaan
kebersihan ruang kelas?
5.
Bagaimana pengaturan ventilasi dan cahaya di dalam
kelas?
6.
Bagaimana pengaturan akuistik dan warna dalam
pengelolaan ruang kelas?
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui ruang lingkup fisik pada manajemen kelas.
2.
Untuk mengetahui posisi tempat duduk peserta didik
di dalam kelas.
3.
Untuk mengetahui cara peletakan
posisi alat-alat pelajaran dalam pengelolaan kelas.
4.
Untuk mengetahui cara penataan
keindahan dan pemeliharaan kebersihan ruang kelas.
5.
Untuk mengetahui cara pengaturan ventilasi dan
cahaya di dalam kelas.
6.
Untuk mengetahui cara pengaturan
akuistik dan warna dalam pengelolaan ruang kelas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ruang Lingkup Fisik Manajemen Kelas
Ruang lingkup fisik merupakan salah satu aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam manajemen pengelolaan kelas. Menurut UNISA (2006:34)
“Mengelola lingkungan fisik merupakan cara pendidik mengatur kelas dalam
mengkomunikasikan pesan atau harapannya tentang bagaimana ruangan harus
digunakan.” Oleh karena itu, dalam mengatur atau menggunakan ruang fisik
diperlukan perencanaan yang matang dan menggunakan strategi penataan yang
tepat. Karena jika tidak demikian dapat membuat perbedaan yang cukup besar
dalam perilaku kelas.
Pada umumnya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru dan sekelompok peserta didik di dalam ruangan yang disebut ruang
kelas. Kelas sebagai salah satu prasarana sekolah yang memiliki berbagai sarana
seperti, meja, kursi, LCD proyektor, papan tulis, serta sarana lainnya.
Kesemua yang ada di kelas memiliki pengaruh terhadap kondisi
kelas dan juga motivasi belajar peserta didik. Jika tata ruang kelas semrawut,
maka dapat mempengaruhi suasana hati peserta didik serta dapat membuat peserta
didik kurang berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dan
sebaliknya, jika kelas dapat ditata dengan baik oleh guru sebagai seorang
manajer kelas, kelas dapat menjadi sebuah tempat yang nyaman dan menyenangkan
sehingga dapat membangkitkan motivasi peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengaturan kelas yang baik
harus dilakukan oleh guru jika ia menginginkan kelas yang kondusif untuk
belajar. Namun masalahnya disadari ataupun tidak, tidak semua guru mau dan
mampu mengatur ataupun menata ruang kelasnya.
Agar mau melakukan pengaturan ruang kelas tersebut, harus
ditanamkan pada diri guru akan arti penting pengaturan ruang kelas dalam
kegiatan belajar mengajar. Supaya guru bisa menjadi seorang manajer yang mampu
mengatur ruang kelasnya menjadi kelas yang kondusif, maka ia harus memiliki
kemampuan dalam hal pengaturan tempat dudk peserta didik,
3
pengaturan
media pendidikan, pengaturan tanaman, dan pengaturan tumbuhan-tumbuhan serta
memberikan aroma terapi.
2.2 Pengaturan Tempat Duduk
Tempat duduk merupakan fasilitas yang
diperlukan peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Pengaturan tempat duduk dapat mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam
menerima materi pembelajaran. Pengaturan lingkungan kelas yang tepat dapat
mempengaruhi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang
efektif dapat dimulai dari penataan lingkungan kelas, penciptaan iklim kelas
yang menarik selama proses kegitan pembelajaran, serta pengaturan dan penataan
ruang kelas beserta isinya.
Loisell mengungkapkan bahwa ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam penataan lingkungan fisik kelas, yaitu:
1.
Visibility (keleluasaan pandangan), artinya
penataan dan penempatan barang- barang didalam kelas tidak menghalangi
pandangan peserta didik, sehingga peserta didik dapat leluasa memandang guru,
benda, maupun kegiatan yang tengah berlangsung dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu, guru harus dapat memandang semua peserta didik selama proses pembelajaran.
2. Accessibility (mudah dicapai), dalam penataan ruang kelas penempatan barang- barang
yang dibutuhkan peserta didik harus mudah dijangkau selama proses pembelajaran.
Selain itu, pengaturan jarak tempat duduk antar siswa harus diatur secara tepat
agar memudahkan siswa untuk bergerak dan tidak mengganggu peserta didik lain
yang sedang belajar.
3. Flexibility (keluwesan), barang-barang yang ada didalam kelas hendaknya mudah dipindahkan
dan ditata sesuai dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Seperti penataan
tempat duduk yang perlu dirubah jika pembelajaran dilakukan menggunakan metode
diskusi dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan, dalam hal ini kenyamanan yang dimaksud adalah pengaturan
suhu/temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan, pada prinsip ini berkenaan dengan usaha guru untuk mengatur
kelas yang kondusif dan menyenangkan selama proses kegiatan pembelajaran
(Winataputra, 2003).
Pengaturan tempat duduk hendaknya yang memungkinkan terjadinya tatap
muka antara guru dengan peserta didik, sehingga guru dapat membantu dan
mengontrol tingkah laku peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Silberman
(2001) mengungkapkan bahwa ada beberapa model pengaturan tempat duduk dalam
proses pembelajaran, yaitu:
1. Model Huruf U
Formasi bentuk huruf U ini sangat menarik
dan dapat mengaktifkan peserta didik, sehingga membuat mereka turut antusias
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru merupakan yang
paling aktif bergerak ke segala arah dan berinteraksi secara langsung, sehingga
peserta didik dapat mendapatkan respons secara langsung dari pendidik.
Kelebihan dari menggunakan model tempat duduk huruf U adalah guru dapat
menjangkau seluruh peserta didik sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara
maksimal. Sedangkan, kekurangan dari model ini adalah tidak bisa digunakan
untuk kelas yang memiliki jumlah peserta didik banyak, jadi model ini hanya
bisa digunakan untuk kelas yang mempunyai peserta didik dengan jumlah sedikit..
Gambar 2.2 Tempat Duduk Model Huruf
U Sumber: Buku Manajemen Kelas
2. Corak Tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran di tengah
ruang kelas agar memudahkan guru untuk berinteraksi dengan setiap tim. Guru
dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasan
belajar yang akrab. Peserta didi juga bisa memutar lursi melingkar menghadap
kedepan ruang kelas untuk melihat papan tulis atau guru. Kelebihan model corak
tim adalah memudahkan guru untuk berinteraksi dengan setiap tim. Sedangkan
kekurangannya adalah kondisi kelas biasanya ramai dan materi tidak bisa
tersampaikan secara maksimal.
Gambar 2.3 Tempat Duduk Model Corak
Tim Sumber: Buku Manajemen Kelas
3. Meja Konferensi
Model konferensi sangat bagus digunakan
dalam metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan pendidik,
kemudian membiarkan oeserta didik secara
bebas mengemukakan pendapatnya. Kelebihan dari model meja konferensi adalah
menjadikan permasalahan yang sulit menjadi mudah karena didiskusikan secara
bersama. Sedangkan kekurangannya adlah dapat mengurangi peran penting dari pendidik.
4. Lingkaran
Model tempat duduk ini disusun dalam bentuk melingkar, sehingga peserta
didik dapat berinterkasi langsung secara berhadap-hadapan. Model ini cocok
untuk model belajar diskusi kelompok penuh. Kelebihan model tempat duduk ini
adalah dapat menyelesaikan permasalahan kelompok secara bersama dengan jumlah
peserta didik yang banyak, dapat menjadikan permasalahan yang sebelumnya sulit
atau berat menjadi lebih mudah. Sedangkan kelemahan dari model ini adalah
pelaksanaan pembelajaran yang kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian
tugas, karena pada umumnya peserta didik lebih suka bermain.
Gambar 2.5 Tempat Duduk Model
Lingkaran Sumber: Buku Manajemen Kelas
5. Susunan Chevron
Model ini memberikan sudut pandang baru
bagi peserta didik, sehingga mereka mampu menjalani proses pembelajaran dengan
antusias, menyenangkan, dan terfokus. Kelebihan model ini adalah mengurangi
jarak diantara peserta didik maupun antar peserta didik dan guru, sehingga
peserta didik dan guru mempunyai pandnagan
yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran.
Gambar 2.6 Tempat Duduk Model
Susunan Chevron Sumber: Buku Manajemen Kelas
6. Auditorium
Formasi auditorium merupakan alternatif dalam menyusun ruang kelas
untuk mengurangi kebosanan peserta didik dengan penataan ruang kelas secara
konvensional. Kekurangan dari model auditorium adalah lingkungan yang terbatas
untuk belajar aktif.
Gambar 2.7 Tempat Duduk Model
Auditorium Sumber: Buku Manajemen Kelas
7. Tradisional
Formasi ini biasanya dapat ditemui dalam
kelas-kelas tradisional yang memungkinkan peserta didik untuk duduk secara
berpasangan dalam satu meja dan dua kursi. Model ini memiliki keterbatasan
pandangan teman terutama yang duduk dibelakang. Pada model ini mobilitas
peserta didik juga tidka leluasa.
Kelebihan model tempat duduk ini adalah
peserta didik dapat dijangkau oleh pandangan guru dan kelas menjadi kelihatan
lebih rapi. Sedangkan kekurangannya
adalah guru kurang memperhatikan peserta didik yang ada dibelakang. Peserta
didik yang duduk dibelakang juga kurang bisa menerima pelajaran secara
maksimal.
Gambar 2.8 Tempat Duduk
Model Tradisional Sumber: Buku Manajemen Kelas
Pengaturan posisi tempat duduk di kelas
sangat berpengaruh bagi peserta didik seperti interaksi antar peserta didik dan
interaksi dengan guru. Pengaturan posisi tempat duduk juga memberikan dampak
pada proses kegiatan pembelajaran. Penataan posisi tempat duduk yang baik
adalah penataannya dibuat luwes atau
fleksibel, sehingga dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan yang
dilakukan dalam proses pembelajaran.
Menurut Gunawan (2016:72) mengungkapkan
bahwa model-model posisi tempat duduk pada peserta didik dapat memberikan
hal-hal yang positif, diantaranya yaitu:
1. Mengurangi kebosanan, dengan model tempat duduk yang berbeda-beda dapat
membuat peserta didik lebih antusias dan suasana kelas akan menjadi lebih
hidup. Serta dapat membangkitkan kerjasama antar peserta didik, sehingga
interaksi kelas dapat dimaksimalkan.
2. Menumbuhkan rasa keakraban antar peserta didik. Nilai keakraban dapat
menumbuhkan semangat kerjasama tidak hanya antara guru dan peserta didik,
tetapi juga antar peserta didik itu sendiri.
3. Memudahkan guru untuk mengenali kelebihan dan kelemahan setiap peserta
didik.
4. Dinamika dan kehidupan kelas lebih mudah terbentuk. Kelas yang
kooperatif dan terbuka lebih mudah membangkitkan penalaran.
5. Peserta didik lebih mudah untuk memahami materi yang telah disampaikan,
sehingga dapat meningkatkan prestasi individual siswa dan prestasi kelas
meningkat.
6. Penggunaan ragam model tempat duduk peserta didik dapat mendorong
peserta didik untuk saling mengenal dan mengetahui sifat-sifat antar peserta
didik dengan hal itu sosialisasi akan berjalan secara alami. Selain itu, sikap
saling menghargai antar individu akan mudah
terbentuk.
7. Cara pendang peserta didik menjadi lebih luas dan bersifat ganda atau
menyebar. Komunikasi antar peserta didik juga memiliki peluang yang lebih
banyak. Selain itu, pengelolaan kelas oleh guru lebih hidup serta tidak tampak
formal dan kaku.
2.3 Pengaturan Alat-alat Pelajaran
Menurut Djamarah (2005:176-177) mengungkapkan bahwa
alat-alat pelajaran yang perlu diatur antara lain: (1) perpustakaan kelas,
sekolah yang maju mempunyai perpustakaan disetiap kelas yang mana dalam
pengaturannya diatur bersama-sama dengan peserta didik; (2) alat peraga atau
media pembelajaran, alat peraga atau media pengajaran semestinya diletakkan di
kelas agar memudahkan dalam penggunaannya, dalam pengaturannya juga dilakukan
bersama-sama dengan peserta didik. Misalnya penempatan kapur tulis, penghapus,
jam dinding, dan lain-lain; (3) papan tulis, hendaknya pengaturan papan tulis
ukurannya disesuaikan, warna papan tulis harus kontras, dan penenpatannya juga
memperhatikan estetika serta dapat dijangkau oleh peserta didik; (4) papan
presensi anak didik, ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh
semua peserta didik dan dapat difungsikan sebagaimana semestinya.
2.4
Penataan Keindahan dan
Pemeliharaan Kebersihan Ruang Kelas
Penataan keindahan ruang kelas, tidak
lepas dari pernak-pernik seperti: gambar, hiasan, lemari, alat-alat pelajaran,
dan alat-alat kebersihan. Semua komponen tersebut di tata sedemikian rupa dan
rapi agar tercipta kondisi atau suasana kelas yang indah dan nyaman. Sehingga
dapat mendukung kegiatan pembelajaran di dalam kelas berjalan dengan lancar.
Dalam pengelolaan kelas, dapat dikatakan sebagai kelas yang ideal yaitu kelas
yang terdapat gambar-gambar yang bersifat mendidik, seperti gambar pahlawan,
tempat ibadat, bunga, pemandangan dan sebagainya. Lemari tempat menyimpan
hasil pekerjaan siswa, perlengkapan belajar mengajar, harus ditempatkan/disimpan secara tertib dan benar. Dengan
begitu, peralatan tersebut terlihat rapi, mudah dijangkau bila diperlukan dan
tidak mengganggu ruang gerak siswa pada saat siswa melakukan kegiatan belajar
(Sagala, 2013:86).
Sedangkan pemeliharaan kebersihan kelas
berarti menjadikan ruang kelas yang bersih dan segar serta nyaman dengan cara
guru membagikan sebuah tugas kepada siswa-siswinya secara bergiliran
membersihkan kelas dan guru selalu mengawasi kebersihan serta ketertiban kelas.
Dengan begitu dapat mempermudah peserta didik menerima pelajaran serta dapat
meningkatkan semangat dan gairah belajar peserta didik (Djamarah,
2005:177-178).
2.5 Pengaturan Ventilasi dan Cahaya Ruang
Kelas
Ventilasi dan pengaturan cahaya sangat berkaitan satu sama
lain. Dalam hal ini pengaturan ventilasi dan cahaya dapat berupa pengaturan
bentuk ataupun posisi jendela kelas. Dengan jendela kelas yang cukup besar dan
pada posisi yang tepat memungkinkan udara dan cahaya matahari dapat masuk
kedalam ruangan, sehingga dapat menjamin kesehatan bagi para peserta didik.
Rukmana dan Suryana (2012:105) menyatakan bahwa “dengan ventilasi yang baik dan
udara yang sehat, semua siswa dan guru yang berada didalam kelas, dapat
menghirup udara yang segar.” Disamping itu, juga perlu adanya kerjasama antara
guru dan siswa dalam memelihara atau merawat peralatan yang ada di dalam kelas.
Hal ini dimaksudkan agar guru dan siswa dapat memanfaatkan fasilitas yang ada
dengan baik dan benar seperti halnya mengatur suhu udara di dalam ruangan
dengan memanfaatkan kipas angin atau ventilasi udara yang ada, mengatur
penerangan di dalam kelas dengan memanfaatkan lampu dikala butuh penerangan
lebih atau menutup jendela dengan kelambu disaat kelas terasa silau akibat
sinar matahari. Serta pada saat di dalam kelas sebaiknya guru ataupun siswa
tidak melakukan aktivitas merokok. Jika semua hal diatas dapat dilakukan, maka
dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman.
2.6
Pengaturan Akuistik dan Warna
dalam Ruang Kelas
Menurut kamus besar bahasa Indonesia akuistik berarti
tentang bunyi-bunyian beserta yang berkaitan dengan bunyi tersebut, maka dari
itu pengaturan atau penataan akuistik sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran. Bentuk dan volume ruang, kapasitas dan jumlah orang, serta
lapisan akuistik pada permukaan berperan pada karakteristik akuistik ruang
tertentu (Leslie,dkk, 1993:91). Selain itu, perbedaan aktifitas dalam setiap
ruang juga mempengaruhi karakteristik dan kualitas bunyi yang disajikan
dalam ruang. Akuistik Arsitektur (Architectural Acoustic), berkaitan dengan
penataan tempat pemilihan lokasi tempat pembelajaran, jadi pemilihan lokasi
tempat pembelajaran tersebut berlokasi yang mendukung pembelajaran seperti
suasana yang kondusif, jauh dari pabrik atau tepat keramaian lainnya. Maka dari
itu pengaturan akuistik ruang kelas yang baik sangat diperlukan agar peserta
didik dapat mendengar dengan jelas didalamnya.
Sedangkan untuk pemilihan warna di dalam ruang kelas adalah
yang dapat menciptakan rasa nyaman dan menyenangkan. Karena, warna memiliki
peran penting dalam membentuk kesan pada ruangan, terutama ruang kelas. Untuk
kesan yang dapat memberi rasa semangat dan senang di ruang kelas sebaiknya
memilih warna yang dapat memunculkan suasana tersebut.
Menurut Fasilitas Umum (2013) mengungkapkan beberapa
pilihan warna yang untuk ruang kelas, yaitu:
1. Kuning, bagus untuk merangsang optimisme, kecerdasan, kreativitas,
harapan, dan keseimbangan.
2. Oranye, untuk lebih atraktif dan berkonsentrasi. Pas untukmemunculkan
suasana belajar yang penuh semangat dan meningkatkan kreativitas peserta didik
saat belajar di ruang kelas.
3. Biru, warna biru dapat memberikan efek menenangkan dan perasaan nyaman.
Bisa menenangkan orang-orang yang sedang tegang, panik, dan stress. Tetapi
hati-hati dalam penggunaan warna biru karena warna ini bisa menurunkan selera
makan dari anak-anak dan menurunkan suhu tubuh yang berakibat menjadikan
anak-anak lamban dan kurang atraktif. Di sisi lain, warna biru cocok sebagai
warna untuk ruang kelas yang memberi rasa tenang.
4. Hijau, wrna ini bisa mengurangi alergi makanan, karena dapat merangsang antigen untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh. Serta warna hijau adalah warna yang memberikan kesan tenang.
5. Cokelat, warna ini mampu menumbuhkan perasaan aman, rileks, dan
mengurangi keletihan. Tidak terlalu buruk jika diterapkan pada ruag kelas.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang
telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup fisik dari
manajemen kelas yang meliputi, pengaturan tempat duduk, peletakan
alat-alat pelajaran, penataan keindahan dan pemeliharaan kebersihan, pengaturan
ventilasi dan cahaya, serta pengaturan akustik dan warna yang mempengaruhi
proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Serta pengaturan tempat duduk
dipengaruhi oleh keadaan siswa dan model pembelajaran.
3.2
Saran
Manajemen kelas secara lingkup fisik hendaknya diperhatikan
dengan benar oleh setiap pihak yang berkaitan, agar kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran mudah dicapai.
Semoga dengan pengelolaan yang baik akan mampu menciptakan semangat belajar
dari setiap peserta didik yang menggunakannya.
13
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, S. B. 2005. Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Djabidi, F. 2016. Manajemen
Pengelolaan Kelas: Upaya Peningkatan Strategi dan Kualitas dalam Pembelajaran. Malang:
Madani.
Edupaint. 2013. Pilihan Warna untuk Ruang Kelas. (online)
(http://edupaint.com/diskusi/fas-pendidikan-dasar/3697-pilihan-warna-untuk-ruang-
kelas/),
diakses 1 September 2018.
Gunawan,
I. 2016. Manajemen Kelas. Malang:
Universitas Negeri Malang. Leslie, dkk. 1993. Akuistik Lingkungan. Jakarta: Erlangga.
Rukmana, A., dan Suryana, A. 2012. Manajemen Kelas. Dalam Riduwan (Eds.),
Manajemen Pendidikan (hlm. 103-124). Bandung:
Alfabeta.
Sagala,
S. 2013. Administrasi Pendidikan
Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Silberman, M. 2001. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran
Aktif. Terjemahan oleh Sarjuli. Yogyakarta: Yappendis.
UNISA. 2006. The Educator as Leader, Manager and Administrator. Tutorial Letter
501/2006 for EDLHOD-M. Pretoria: Unisa.
Winataputra, U. S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Wulandari, M. 2014. Dekorasi Kelas Primary Charis Global School,
(Online), (http://www.meiwulandari.com/2014/08/dekorasi-kelas-primary-charis-global.html),
diakses 1 September 2018.
14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar