Kamis, 26 September 2019

PANDANGAN SUPERVISI PENDIDIKAN DIREKTIF

PANDANGAN SUPERVISI PENDIDIKAN DIREKTIF

Aa Coreta
Khalifatul Khoiria
Meiron Yikwa
Risa Erna Wati
Rizky Fitra Sanjaya

Email: rhiakholifa98@gmail.com,
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang, 65145 

Abstract: The writing of this article aims to improve the problem of the abilities and skills of teachers and principals in relation to teaching supervision. In this article later explained starting from the perspective of directive supervision to the steps and objectives of the directive approach that is directly related to the supervision of teaching at school. This study uses qualitative research, the data of which is collected by the literature review method, because later the material written in this article is obtained from literature studies that support the theory and from some reference materials to be used as a framework of thought or foundation in relation to research activities.

 Keyword: Supervision, Directive, Education

Abstrak: Penulisan artikel ini bertujuan sebagai perbaikan masalah kemampuan dan keterampilan guru serta kepala sekolah dalam kaitannya dengan supervisi pengajaran. Didalam artikel ini nantinya dijelaskan mulai dari pandangan mengenai supervisi direktif sampai langkah-langkah serta tujuan dari pendekatan direktif yang berhubungan langsung dengan supervisi pengajaran di sekolah. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang datanya dikumpulkan dengan metode literature riview, karena nantinya materi-materi yang dituliskan didalam artikel ini diperoleh dari studi literatur yang mendukung teori serta dari beberapa bahan acuan guna dijadikan kerangka pemikiran atau landasan dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian.

Kata kunci: Supervisi, Direktif, Pendidikan

Kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran sudah semestinya mempunyai fungsi untuk mengawasi, membimbing, dan mengarahkan seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang didukung oleh tenaga administrasi di sekolah. Nawawi (1981:24) mengartikan supervise sebagai bentuk pelayanan yang telah disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru agar menjadi guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya, agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di sekolah.
Terdapat beberapa cara atau pendekatan yang dapat memudahkan supervisor ketika mensupervisi bawahannya. Pendekatan yang akan digunakan haruslah sesuai dengan kondisi lembaga yang bersangkutan, karena setiap pendekatan dalam supervisi pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda. Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai. Menurut Sahertian (2000) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam supervisi yaitu pendekatan direktif, pendekatan non-direktif dan pendekatan kolaboratif, ketiga pendekatan tersebut bertitik tolak pada teori psikologi belajar.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam melakukan supervisi adalah pendekatan direktif. Pelaksanaan supervisi dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mendeskripsikan mengenai pandangan supervisi direktif. Mantra (2008:30) menjelaskan bahwa jenis penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang terdapat di dalam teks yang diteliti. Keberadaan penulis adalah sebagai instrumen utama dalam penulisan dan pengumpulan data, sekaligus sebagai observer.
Dalam mencari informasi untuk memperoleh data dan informasi yang valid, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa review literatur. Menurut Hasibuan (2007:25) review literatur merupakan uraian yang berisi mengenai teori, temuan serta bahan penelitian yang diperoleh dari beberapa bahan acuan guna jadikan landasan kegiatan penelitian. Uraian yang terdapat didalam review literatur ini digunakan untuk menyusun kerangka pemikiran tentang suatu pemecahan masalah yang sebelumnya telah diuraikan pada perumusan masalah.

PEMBAHASAN
Pandangan Supervisi Direktif
Supervisi pengajaran adalah serangkaian usaha bantuan yang dilakukan untuk meningkatkan profesional guru yang dilakukan oleh supervisor baik kepala maupun pengawasan pendidikan atau supervisor lainnya. Menurut Glickman (2003), menyatakan bahwa serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengembangkan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai dengan Mulyasa (2013:249), supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru, melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera. Dengan demikian, supervisi pengajaran bukan menilai performasi guru dalam proses pembelajaran melainkan memberikan bantuan kepada guru dalam meningkatkan kemampuannya. Supervisor dalam melaksanakan tugasnya pasti menghadapi guru yang memiliki kemampuan, motivasi, dan karakteristik yang berbeda-beda. Dengan hal ini, supervisor dalam menyelesaikan masalah menggunakan pandangan supervisi, salah satunya yaitu pandangan supervisi direktif.
Pandangan direktif (langsung) merupakan pendekatan terhadap masalah secara langsung. Di sini supervisor memberikan arahan secara langsung. Dalam hal ini supervisor berperan secara dominan dalam mensupervisi. Dengan menggunakan pandangan direktif ini, supervisor dapat memberikan penguatan dan pemberian hukuman. Menurut Imron (2012:74) menyatakan bahwa, pandangan supervisi direktif pembelajaran berlandaskan pada psikologi behavioristik, dimana kegiatan belajar dilakukan dengan kontrol instrumental lingkungan. Berdasarkan pandangan ini, seseorang akan berhasil dalam belajarnya, jika dikondisikan dengan baik dalam lingkungan tertentu. Peserta didik yang berhasil dalam belajar dapat diberikan reward dan yang tidak berhasil diberikan punished. Pandangan belajar ini sangat cocok diterapkan pada peserta didik yang masih memiliki tanggung jawab rendah berupa pemberian kontrol lingkungan dalam bentuk pengondisian, pembiasaan, peniruan, dan pemaksaan. Oleh karena tanggung jawab peserta didik dalam belajar rendah, maka guru dituntut tanggung jawab yang tinggi. Sebab, ia harus mengkondisikan peserta didiknya agar belajar. Pandangan supervisi pembelajaran pada dasarnya dikembangkan dari pandangan behavioristik tentang belajar. Dimana jika tanggung jawab seorang guru dalam mengembangkan dirinya sendiri masih rendah, perlu adanya keterlibatan yang tinggi dari supervisor. Dengan demikian, guru dapat dikondisikan dan dapat mengembangkan dirinya secara baik. Supervisi pembelajaran yang berorientasi direktif menampilkan perilaku-perilaku pokok yaitu klarifikasi, presentasi, demonstrasi, penegasan, standarisasi, dan penguatan. Hasil akhir dari supervisi ini berupa tugas guru.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Maisyaroh (2014) bahwa, pandangan supervisi direktif pada guru masuk dalam derajat abstraksi rendah dan derajat komitmen rendah (guru yang drop out), pendekatan supervisi yang tepat digunakan adalah direktif. Supervisor disini berperan banyak memberikan pengarahan kepada guru. Kegiatan supervisi, yaitu supervisor menginformasikan, mengarahkan, menjadi model, menetapkan patokan tingkah laku, dan menilai serta menggunakan insentif sosial dan material. Pada pendekatan ini, supervisor mengarahkan kegiatan untuk perbaikan pengajaran dan menetapkan standar perbaikan pengajaran dan penggunaan standar tersebut harus diikuti oleh guru. Pendekatan ini dianggap kurang efektif, karena tidak memberikan kesempatan kepada para guru untuk mengembangkan kreasi dan inovasi yang seharusnya mereka lakukan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwasanya supervisor sangat memegang peranan atau bisa dikatakan kendali dari supervisi yang dilaksanakan.

Tujuan Supervisi Direktif
Menurut Afrijawidiya (2017: 329) pendekatan direktif ini bertujuan agar guru yang mengalami masalah perlu diberi rangsangan langsung agar ia bisa bereaksi. Dalam hal ini seorang supervisor ketika memberikan arahan tidak membatasi guru untuk berkreasi. Supervisi direktif ini terutama ditunjukkan untuk guru yang memiliki derajat kinerja rendah. Dalam hal ini supervisor lebih banyak
memberikan pengarahan terhadap guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya.

Langkah-Langkah Supervisi Direktif
Pendekatan supervisi pembelajaran direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, secara tidak langsung pengaruh perilaku supervisor dalam hal ini lebih dominan. Pendekatan direktif seperti ini dapat dilakukan melalui beberapa langkah menurut Aminah (2017:55), yaitu: 1) Menjelaskan; 2) menyajikan; 3) mengarahkan; 4) memberi contoh; 5) menetapkan tolok ukur; 6) dan menguatkan. Uraian dari langkah tersebut sebagai berikut: 1) Menjelaskan, dalam proses ini seorang guru menjelaskan permasalahan yang dihadapinya dalam mengajar kepada supervisor; 2) menyajikan, supervisor memberitahu kekurangan-kekurangan guru dalam mengajar; 3) mengarahkan, supervisor memberikan arahan-arahan terhadap masalah yang dihadapi guru; 4) memberi contoh, bila guru tersebut sulit memahami cara-cara mengatasi masalah, kepala sekolah akan memberikan contoh cara mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi guru; dan 5) menetapkan tolok ukur, supervisor menetapkan tolok ukur atau standar terhadap kemajuan yang dicapai guru. Namun sebelum hal itu dilakukan, ada beberapa langkah dalam pendekatan direktif yaitu: 1) Identifikasi terlebih dahulu data kondisi guru; 2) diagnosis permasalahan inti yang dihadapi guru; dan 3) pemberian terapi oleh supervisor berupa solusi pemecahan masalah.

Kelebihan dan Kelemahan Pandangan Supervisi Direktif
Pandangan supervisi direktif pengajaran dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari supervisi direktif menurut Aminah (2017:46) ini adalah solusi pemecahan masalah relatif cepat diperoleh oleh guru. Sedangkan untuk kelemahannya yaitu: 1) Guru menjadi pasif; 2) kreativitas guru kurang berkembang; 3) inisiatif bimbingan lebih banyak dari supervisor; dan 4) potensi guru kurang dapat tereksplorasi.

Implementasi Pendekatan Direktif
Penerapan atau implementasi pendekatan direktif dalam melaksanakan supervisi pengajaran sebagai berikut menurut Darsono (2016:354): Pertama, pada saat pertemuan awal, supevisor mengklarifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dan barangkali sambil bertanya kepada guru yang bersangkutan untuk melakukan konfirmasi dan revisi seperlunya. Selain itu pada saat ini, supervisor mempresentasikan ide-idenya mengenai informasi atau data apa saja yang harus dikumpulkan. Kedua, dilanjutkan dengan observasi kelas. Di sini peran supervisor adalah sebagai pengamat untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan bagaimana seharusnya dipecahkan. Ketiga, pada pertemuan balikan, setelah data dikumpulkan dan dianalisis, supervisor menegaskan dan mendemonstrasikan tindakan-tindakan pengajaran yang mungkin bisa dilakukan oleh guru. Pada saat ini pula, supervisor standar pencapaian serta penguatan baik dalam bentuk insentif material maupun sosial.
Demikianlah implementasi supervisi direktif, ada lima perilaku supervisor yang akan sangat menonjol dalam orientasi ini, yaitu: 1) Mengklarifikasi masalah-masalah guru, baik melalui pertemun awal maupun observasi kelas; 2) mempresentasikan ide-ide pemecahan masalah; 3) mendemonstrasikan, sebagai contoh, ide-ide pemecahan masalah yang harus dilakukan oleh guru, sebagai tugas guru; 4) menetapkan standar pelaksanaan tugas pemecahan masalah; 5) memberikan reinforcement kepada guru agar ia melaksanakan tugas yang diberikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Supervisi pengajaran direktif adalah serangkaian usaha bantuan yang dilakukan oleh supervisor atau pengawas pendidikan untuk meningkatkan profesional guru dalam mengembangkan kemampuannya ketika proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pandangan supervisi direktif (langsung) merupakan pendekatan terhadap masalah secara langsung, dimana supervisor lebih berperan dominan dibandingkan guru, tujuannya agar supervisor dapat memberikan penguatan dan pemberian solusi serta arahan guru sehingga diharapkan dapat melakukan perbaikan penampilan mengajarnya. Pendekatan direktif ini dapat dilakukan melalui beberapa langkah-langkah yaitu: 1) menjelaskan; 2) menyajikan; 3) mengarahkan; 4) memberi contoh; 5) menetapkan tolok ukur; 6) dan menguatkan.
Pandangan supervisi direktif pengajaran dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari supervisi direktif ini adalah solusi pemecahan masalah relative cepat diperoleh oleh guru. Sedangkan untuk kelemahannya yaitu: 1) Guru menjadi pasif; 2) kreativitas guru kurang berkembang; 3) inisiatif bimbingan lebih banyak dari supervisor; dan 4) potensi guru kurang dapat tereksplorasi.

Saran
Supervisor dalam melakukan tugasnya dalam pendangan direktif ini diharapkan agar mampu memberikan arahan, bantuan terhadap perbaikan pembelajaran kepada guru atau bawahan yang efektif dan baik, agar tidak terjadi perselisihan dan salah pemahaman dalam memecahkan sebuah masalah. Supervisor mampu megembangkan diri sesuai tuntutan kualifikasi akademik dan lebih responsif.

DAFTAR RUJUKAN
Afrijawidiya, A., Zakaria, Z., & Juarsa, O. 2017. Supervisi Pengajaran dengan Pendekatan Direktif, Non-direktif, dan Kolaboratif. Manajer Pendidikan, 11(4). (Online), (https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/view/3295), diakses 26 September 2019.
Aminah, S. 2017. Pendekatan Efektif Supervisi Pembelajaran dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di Lembaga Pendidikan Islam. Tadris, 12,(1). (Online) (http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/tadris/article/download/1117/907) diakses 20 September 2019.
Darsono, D. 2016. Implementasi Pendekatan Direktif, Non Direktif dan Kolaboratif dalam Supervisi Pendidikan Islam (Studi Kasus di MAN Trenggalek). Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 335-358. (Online), (http://ejournal.iain-(tulungagung.ac.id/index.php/taalum/article/view/383) diakses 13 September 2019.
8
Glickman, C. D. , Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2003. Supervision and Instructional Leadership: A Developmental Approach. 6th Edition. Boston: Ally and Bacon, Inc.
Hasibuan, Z. A. 2007. Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi: Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Imron, A. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Maisyaroh. 2014. Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya. Jurnal Peradaban, 17. (Online), (https://ejournal.um.edu.my/index.php/ADAB/article/view/4809/2673), diakses 22 September 2019.
Mantra, I. B. 2008. Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyasa, E. 2013. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, H. 1981. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Sahertian, P. A. 2000. Supervisi Pengajaran Melalui Vidio. Malang: Proyek OPF IKIP Malang.

1 komentar:

Visitor Counter

Popular Posts

Buku Tamu


Ingin Widget ini ?
Klik di sini

Comment

About

3/random/post-list
Copyright © Lentera Pendidikan | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com