Selasa, 19 November 2019

Supervisi Pengajaran Non Tematis


SUPERVISI PEMBELAJARAN NONTEMATIS

Aa Coreta
Khalifatul Khairia
Meiron Yikwa
Risa Erna Wati
Rizky Fitra Sanjaya
E-mail: rishaern@gmail.com
Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145
 
Abstract: The purpose of this research is to know the implementation of the supervision of Nonthematic learning as a coaching effort by supervisors to help teachers develop their teaching skills in the classroom to be effective and efficient. Method used is a qualitative method with the technique of data collection of literature studies, both print and online. The results obtained in writing are expected to know the principle of competency based learning, principles of motivation in learning, management, strategy, and competency based learning resources, Implementation of non-thematic learning government.
Keywords: Supervision, non-thematic, learning

Abstrak: Tujuan penelitian ini agar dapat mengetahui pelaksanaan supervisi pembelajaran nontematis sebagai upaya pembinaan yang dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru mengembangkan kemampuan mengajarnya di kelas agar efektif dan efisien. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi literature, baik cetak maupun online. Hasil yang didapatkan dalam penulisan diharapkan dapat mengetahui pengertian supervisi pembelajaran non tematis, tujuan supervisi non tematis, pelaksanaan supervisi non tematis, prinsip pembelajaran berbasis kompetensi, prinsip-prinsip motivasi dalam belajar, pengelolaan, startegi, dan sumber pembelajaran berbasis kompetensi, serta  pelaksanaan supervisi pembelajaran non tematis.
Kata kunci: Supervisi, Supervisi Nontematis, Pembelajaran

Pendidikan dapat dikatakan sebagai faktor  penting dalam menciptakan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada tujuan utama pendidikan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh lembaga pendidikan adalah visi dan misi yang telah ditetapkan oleh setiap sekolah dalam mengelola pendidikan. sekolah harus dapat menentukan program serta kegiatan yang perlu dilakukan untuk dapat mencapi visi sekolah. Margareta, dkk. (2018) mengatakan bahwa dalam mencapai sebuah visi dan misi, sekolah perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait guna mengelola dan mengembangkan strategi yang tepat.  Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 SD dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas sekolah  sesuai yang diharapkan pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh pemahaman para pemangku kepentingan, utamanya guru. Guru harus memiliki pemahaman, kesadaran, kemampuan, kreativitas, kesabaran, dan keuletan dalam mengelola pembelajaran agar tersampaikan secara optimal. Guru harus dapat memposiskan dirinya sebagai fasilitator guna mengatur dan mengkondisikan siswa agar dapat merasa senang dan memunculkan motivasi pada diri siswa untuk belajar.
Sesuai dengan realitas yang ada para guru menggunakan metode serta media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, serta perlunya persetujuan dan dukungan dari kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk terus melakukan supervises atau pengawasan terhadap jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru agar dapat berjalan lanacar. Daryanto & Rahmawati (2015:144) mengatakan bahwa supervisi pembelajaran adalah kegiatan yang secara langsung mempengaruhi perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar, dan melalui pengaruhnya tersebut bertujuan untuk mempertinggi kualitas belajar peserta didik demi tercapainya tujuan organisasi (sekolah) yang tinggi pula.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sangat penting bagi kelancaran pelaksanaan pembelajaran. Harjanto (2010: 22) mengatakan bahwa perencanaan guru dalam mengajar seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk lebih menjadi berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat menolong pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi pengelolaan pada umumnya menempati posisi yang amat penting dan amat menentukan. Perencanaan pengajaran dan pembelajaran merupakan aspek fundamental dari peran akademik. Untuk itu guru perlu pengelolaan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik. Seiring dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, diperlukan kemampuan terkait dengan strategi, metode, pendekatan, dan penilaian terhadap peserta didik, serta kemampuan mengenal peserta didik.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam (verstehen), penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Mulyadi, 2011: 134). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi literatur. Studi literatur sendiri menurut Habsy (2017: 90) adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topi yang diangkat dalam suatu penelitian. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis, kemudian data disajikan dan ditarik kesimpulan. Untuk memperoleh keabsahan data, peneliti menggunakan kriteria yakni keterpercayaan sumber dan metode, kecukupan bahan referensi, dan kepastian. Data yang didapatkan disusun dan dibandingkan dengan studi pustaka hingga menghasilkan kesimpulan. Proses penelitian dikerjakan dalam beberapa tahapan umum yaitu perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan laporan hasil penelitian.
PEMBAHASAN
Pengertian Supervisi Pembelajaran Non Tematis
Supervisi pembelajaran non tematis adalah usaha pembinaan yang dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru mata pelajaran selain tematis dalam mengembangkan kemampuan mengajarnya agar tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam supervisi pembelajaran ini tujuannya bukan menyalahkan guru ketika tujuan pembelajaran tidak tercapai, namun membantu guru mengembangkan kemampuan dalam pembelajaran non tematis. Proses supervisi pembelajaran non tematis ini bermaksud untuk membina guru dalam melaksanaan pembelajaran non tematis. Disini guru sebagai seorang fasilitator dalam proses pembelajaran. Agar supervisi ini berhasil maka guru perlu mendapat pembinaan (supervisi) secara teratur dan berencana.

Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Dalam melakukan pembelajaran, guru diharapkan dapat menkondisikan kelas sebaik mungkin agar pembelajaran yang dilakukan dapat tersampaikan dengan optimal kepada para siswa.dalam pelaksanannya, pembelajaran berbasis kompetensi dapat menjadi salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat menjadi pedomanbagi guru dalam mengajar, yaitu:
1.      Berpusat pada siswa (Student centered learning), KBM mengkondisikan agar siswa yang belajar dapat sesuai dengan bakat, minat kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa.
2.      Belajar dengan melakuakan (Learned by doing) pembelajaran hendaknya memberikan pengalaman nayat sehari-hari, terkait penerapan konsep, dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari.
3.      Mengembangkan kemampuan sosial atau memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengungkapkan gagasannya kepada siswa lain dan guru.
4.      Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan, yang pertama sebagai modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif, lalu yang kedua sebagai modal dasar untuk bertakwa kepada Tuhan.
5.      Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah karena keberhasilan hidup banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan masalah.
6.      Mengembangkan kreativitas siswa, PBM memberi kesempatan dan kebebasan kepada siwa untuk berkarya secara bersinambung.
7.      Membangun kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai media.
8.      Menumbuhkembangkan kesadaran warga negara yang baik.
9.      Belajar sepanjang hayat. KBM perlu mendorong siswa utnuk melihat dirinya secara positif, mengenali diri sendiri,dan orang lain serta mendorong dirinya untuk terus belajar sepanjang hayat.
10.  Perpaduan kompetensi, kerja sama, dan solidaritas. (Imron, 2012:146-147)
Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Belajar
Selain harus berpedoman pada prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran, kurikulum pembelajaran berbasis kompetensi juga mengamanatkan untuk berpedoman pada prinsip-prinsip motivasi belajar. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsp motivasi belajar, pembelajaran yang dilakukan dapat menciptakan pemberlajaran yang motivasional bagi peserta didik. Pembelajaran yang motivasional yaitu pembelajaran yang dapat menggairahkan, menyenangkan, peserta didik tidak merasa tertekan, dan menjadikan peserta didik merasa butuh dengan aktivitas belajar.
Adapun prinsip-prinsip tersebut menurut Imron (2012: 147-148), sebagai berikut: (1) kebermaknaan, peserta didik akan termotivasi dalam belajar apabila merasa bahwa apa yang ia dapatkan bermakna dalam kehidupannya; (2) pengetahuan dan keterampilan prasyarat, perlu adanya pengkaitan antara pengetahuan dan kemampuan sebelumnya dengan hal-hal yang akan dipelajari; (3) model, peserta didik akan mudah memahami dan menguasai keterampilan baru apabila memberikan contoh; (4) terstruktur, peserta didik akan termotivasi apabila penyampaian materi dilakukan secara terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa; (5) keaslian dan tugas menantang, peserta didik akan termotivasi apabila diberikan tugas yang menantang dan diminta berpikir dan bertindak secara rasional; (6) latihan yang tepat dan aktif, kegiatan KBM akan diminati peserta didik apabila latihan yang diberikan sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan ia dilibatkan secara aktif untuk mencapai kompetensi pribadinya; (7) penilaian tugas, balikan yang diberikan oleh guru akan meningkatkan motivasi pada peserta didik; (8) kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan, otak tidak akan bekerja secara optimal ketika dalam keadaan yang tertekan; (9) keragaman pendekatan, keragaman pendekatan mengajar oleh guru dan keragaman pendekatan siswa akan mencegah dan mengurangi kebosanan; (10) mengembangkan beragam kemampuan, kemampuan siswa yang beragam maka sekolah perlu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan kemampuan tersebut dapat berkembang; dan (11) keseimbangan pengaturan pengalaman belajar, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi.
Pengelolaan, Startegi, dan Sumber Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Agar siswa merasa antusias dalam pembelajaran maka hendaknya pembelajaran tersebut dikelolah dengan baik oleh guru. Pengelolaan kegiatan pembelajaran terdiri atas pengelolaan ruang kelas, pengelolaan siswa, dan pengelolaan poses belajar mengajar. Secara ringkas, pengelolaan kegiatan belajar mengajar berbasis kompetensi menurut Imron (2012:150) adalah sebagai berikut:
1.      Mengelola ruang kelas. Ruang kelas mudah diorkrestrasikan sehingga memungkinkan aksesbilitas (siswa mudah mengjangkau alat dan seumber belajar), interaksi (hungan timbal balik siswa-siswa dan siswa-guru), dan variasi kerja siswa (bekerja perorangan,berpasangan dan kelompok);
2.      Mengelola siswa. Guru perlu tahu bahwa kapan siswa dikelola secara perorangan, berpasangan, kelompok, atau klasikal;
3.      Mengelola kegiatan pembelajaran. Diupayakan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Sementara itu, strategi yang sepatutnya dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berbasis kompetensi menurut Imron (2012:150-151) meliputi:
1.      Melibatkan siswa secara aktif. Siswa perlu dilibatkan dalam pembelajaran karena aktivitas pembelajaran  selebihnya tidak hanya menjadi milik guru, melainkan milik siswa.
2.      Tidak membantu siswa terlalu dini. Dengan menundah waktu pemberian bantuan, akan menjadikan siswa berani melakukan trial and eror dalam aktivitas pembelajaran. ini sangat penting sekalai, karena keberanian memulai berarti separuh dari keberhasilan telah digapai oleh siswa.
3.      Menghargai siswa meskipun hasilnya belum memuaskan. Ini terkait dengan pandangan psikologi humanistik, bahwa belajar sesunggunya adalah proses menjadi. Sebuah kesumpurnaan hidup baru akan dicapai oleh manusi apabila pelakunya mau berproses secara tersu menerus.
4.      Memberi pekerjaan yang menantang siswa untuk berpikir dan bekerja.
Guna mengoptimalkan proses dan hasil belajar, diperlukan topangan sumber dan sarana pembelajaran. Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk pengoptimalan sumber dan sarana pembelajaran menurut Imron (2012:152) adalah sebagaimana pada gambar diagram berikut.

                Berdasarkan gambar diagram diatas, guru perlumengidentifikasi sumber dan sarana pembelajaran, apakah tersedia ataukah tidak. Jika telah tersedia, perlu dianalisis dengan kebutuhan pembelajaran, apakah telah sesuaikah atau belum. Jika telah sesuai maka dapat langsung digunakan. Sebalinya jika tidak sesuai, maka perlu dimodifikasi atau disesuaikan. Baru setelah sudah dimodifikasi, kemudian dapatdigunakan.
           Apabila hasil identifikasi didapati bahwa ternyata sumber dan sarana pembelajaran tidak tersedia, maka perlu dilakukan pembelian atau pembuatan. Pembelian dapat dilakukan pada toko dan pabrik produksi media dan sumber belajar yang kini marak. Hanya saja yang patut dipertimbangkan saat membeli adalah aspek utilitas (kegunaan), aspek kualitasnya, dan yang juga tidak kala penting adalah daya jangkau keuangannya. Jika dilakukan pembuatan, ini yang sangat bagus karena guru dapat melakukan media pembelajaran berbasis potensi lokal yang dapat dibuat sendiri. Bahkan guru dapat juga mengajak para siswa untuk membuat media pembelajaran tersebut sehingga mereka mempunyai pengalaman riil yang sangat berharga.
Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Non Tematis
Supervisi pembelajaran dapat disebut sebagai suatu kegiatan pembinaan dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan pembelajaran baik bagi guru, kepala sekolah, serta tenaga kependidikan. Dalam hal ini supervisi pembelajaran yang berbasis kompetensi yang sifatnya nontematis membantu kepala sekolah dalam pengembangan guru di dalam kelas dengan cara pengembangan pendekatan klinik seperti yang diutarakan oleh Imron (2011: 153) bahwasanya pelaksanaan dari supervisi pembelajaran nontematis yang berbasis kompetensi bisa menggunakan pendekatan klinik dengan menggunakan 5 langkah pendekatan klink yakni:
1.      Preobservation conference (pertemuan sebelum observasi), supervisor melakukan pembicaraan dengan guru mengenai kemampuannya yang akan dikembangkan.
2.      Observation of Teaching (observasi guru mengajar), yang dimana supervisor mengumpulkan data-data mengenai perilaku guru yang sedang mengajar.
3.      Analysis and Strategi (analisis dan penentuan strategi), supervisor menganalisa data yang didapat dari guru yang diamati dan menentukan strategi atau cara apa yang cocok untuk membantu guru tersebut. Disini supervisor menentukan kotrak yang disepakati dengan guru, evaluasi selama guru mengajar, kualitas hubungan interpersonal antara guru dan supervisor, kompetensi dan pengetahuan guru.
4.      Postobservation Conference (pertemuan setelah observasi), pada langkah ini supervisi menjelaskan kepada guru mengenai hasil observasinya saat guru mengajar, kemudian guru dan supervisor memecahkan permasalahannya tersebut.
5.      Postconference analysis (analisis setelah pertemuan), terakhir disepakatinya oleh supervisor dan guru mengenai tindak lanjut permasalahan tersebut di pertemuan berikutnya, dan guru dapat menggunakan bahan yang telah dijelaskan oleh supervisor sebagai perbaikan.
Pada tahap pertemuan pendahuluan, yang didalam nya seorang supervisor menjelaskan kemampuan mengajar guru yang perlu ditingkatkan, aspek-aspek pendukung teknik mengajar guru, yang kemudian disepakati oleh kedua pihak. Dalam tahap ini sebaiknya supervisor menciptakan susana ruang yang hangat dan kekeluargaan agar guru yang yang dijelaskan tersebut tidak tegang dan dapat meresap segala hal yang dikatakan oleh supervisor, serta berani mengungkapkan pendapatnya mengenai permasalahan-perasalahannya sendiri. Kemudian supervisor juga harus menciptakan komunikasi yang baik agar guru dapat menjelaskan apa yang ingin dikembangkan dan ditingkati oleh guru mengenai kemampuannya. Setelah itu seorang supervisor harus juga mengecek dan me-review silabus dan rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, dengan cara menanyakan masing-masing sub langkah penyusunan silabus beserta substansinya apakah sudah sesuai koridor pembelajaran ataukah belum. Setelah mencermati silabus dan rencana pembelajaran guru, seorang supervisor harus menyusun format observasi dan harus diketahui oleh guru tersebut karena ketika guru mengajar akan sesuai dengan fokus pembelajarannya dan prinsip motivasi pembelajaran tersebut, serta format tersebut sudah disepakati oleh guru dan supervisor.
Setelah itu di hari berikutnya atau di kesempatan selanjutnya yang telah dijanjikan kedua pihak seorang suervisor melakukan observasi ke kelas tempat guru tersebut mengajar. Supervisor mengobservasi guru dengan menggunakan instrumen serta direkam secara objektif mengenai tingkah laku guru, tingkah laku siswa dan interaksi antara keduanya dalam proses belajar mengajar. Selain itu seorang supervisor dalam melakukan kegiatan obeservasi ke kelas menurut Maisyaroh (dalam Imron, 2011: 164) harus memperhatikan:
1.      Catatan observasi harus lengkap, supaya nalisisnya tepat
2.      Objek observasi harus terfokus pada aspek keterampilan tertentu
3.      Selain rekam observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-komentar yang letaknya terpisah dengan hasil rekaman observasi
4.      Kalau ada  kata-kata guru yang menggangu proses belajar mengajar juga perlu diacatat oleh supervisor
5.      Supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi, guru tidak gelisah tapi berpenampilan secara wajar
Kemudian setelah kegiatan observasi tadi supervisor langsung mengadakan pertemuan balikan dengan guru tersebut, agar supervisor dan guru masih ingat terhadap peristiwa pembelajaran yang terjadi saat observasi. Pada tahap ini supervisor dan guru mengadakan pertemuan yang membahas hasil observasi mengajar guru, dengan penjelasan yang apa adanya dan tidak diubah-ubah. Menurut Maisyaroh (dalam Imron, 2011: 164) rincian kegiatan balikan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan
2.      Supervisor me-review tujuan pembelajaran
3.      Supervisor me-review tingkat keterampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar
4.      Supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utama. Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang dianggap kurang berhasil
5.      Menunjukan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh supervisor, kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikanannya, secara bersama-sama
6.      Menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya
7.      Menanyakan perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai
8.      Menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai
9.      Menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang, baik  berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar yang telah dilakukan) maupun keterampilan yang perlu disempurnakan.
Setelah pertemuam balikan ini diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang terjadi oleh guru tersebut dan kegiatan pembelajaran di kelas dapat berlangsung dengan baik. Jika dianggap dikemudian hari guru tersebut sudah melakukan semua masukan yang diberikan oleh supervisor dengan baik maka dapat dianggap kegiatan supervisi yang dilakukan supervisor dianggap sukses.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Supervisi pembelajaran non tematis merupakan usaha untuk melakukan pembinaan supervisor untuk membantu guru mengembangkan kemampuan mengajarnya agar tercapai tujuan pembelajaran non tematis yang efektif dan efisien. Dalam melaksanaan pembelajaran non tematis ini guru merupakan fasilitator dalam proses pembelajaran. Setelah dilakukan supervisi diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran non tematis ada proses atau tahapannya, yaitu: persiapan, observasi, dan pertemuan balikan.
Saran 
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka sasaran ditunjukan kepada Supervisor. Supervisor harus dapat membantu guru untuk menyelesaikan setiap permasalahan mengajar guru dalam pembelajaran, dengan merancang pembelajaran yang efektif dan efisisen. Dan seorang pendidik di harapkan mampu memperbaharui strategi mengajarnya terus-menerus.

DAFTAR RUJUKAN
Daryanto & Rahmawati, T. 2015. Supervisi Pembelajaran (Inpeksi meliputi: Controling, Correcting, Judging, Directing, Demonstration). Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Habsy, B. A. 2017. Seni Memahami Penelitian Kualitatif dalam Bimbingan dan Konseling: Studi Literatur. Jurnal Konseling Andi Matapa, 1(2), 90-100. Online. https://journal.stkip-andi-matappa.ac.id/index.php/jurkam/article/view/56/pdf   diakses pada 13 November 2019.
Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Imron, A. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Margareta. R.T.E, Ismanto. B., & Sulasmono. S.B. 2018. Strategi Pemasaran Sekolah Dalam Peningkatan Minat Peserta Didik Berdasarkan Delta Model. Jurnal Manajemen Pendidikan. 5(1) (online) https://ejournal.uksw.edu/kelola/article/view/1770 diakses pada 8 November 2019.
Mulyadi, M. 2011. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 15(1), 127-138. Online. http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/download/52/49  diakses pada 13 November 2019.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Visitor Counter

Popular Posts

Buku Tamu


Ingin Widget ini ?
Klik di sini

Comment

About

3/random/post-list
Copyright © Lentera Pendidikan | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com