SUPERVISI PEMBELAJARAN NONTEMATIS
Aa Coreta
Khalifatul Khairia
Meiron Yikwa
Risa Erna Wati
Rizky
Fitra Sanjaya
E-mail:
rishaern@gmail.com
Jurusan
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas
Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145
Abstract: The purpose
of this research is to know the implementation of the supervision of
Nonthematic learning as a coaching effort by supervisors to help teachers
develop their teaching skills in the classroom to be effective and efficient.
Method used is a qualitative method with the technique of data collection of
literature studies, both print and online. The results obtained in writing are
expected to know the principle of competency based learning, principles of
motivation in learning, management, strategy, and competency based learning
resources, Implementation of non-thematic learning government.
Keywords: Supervision,
non-thematic, learning
Abstrak: Tujuan penelitian ini agar dapat mengetahui
pelaksanaan supervisi pembelajaran nontematis sebagai upaya pembinaan yang
dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru mengembangkan kemampuan
mengajarnya di kelas agar efektif dan efisien. Metode yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi literature, baik cetak
maupun online. Hasil yang didapatkan
dalam penulisan diharapkan dapat mengetahui pengertian supervisi pembelajaran
non tematis, tujuan supervisi non tematis, pelaksanaan supervisi non tematis, prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi, prinsip-prinsip motivasi dalam belajar, pengelolaan,
startegi, dan sumber pembelajaran berbasis kompetensi, serta pelaksanaan supervisi pembelajaran non
tematis.
Kata kunci: Supervisi, Supervisi
Nontematis, Pembelajaran
Pendidikan dapat
dikatakan sebagai faktor penting dalam
menciptakan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada tujuan utama
pendidikan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh lembaga pendidikan
adalah visi dan misi yang telah ditetapkan oleh setiap sekolah dalam mengelola
pendidikan. sekolah harus dapat menentukan program serta kegiatan yang perlu
dilakukan untuk dapat mencapi visi sekolah. Margareta, dkk. (2018) mengatakan
bahwa dalam mencapai sebuah visi dan misi, sekolah perlu melibatkan berbagai
pihak yang terkait guna mengelola dan mengembangkan strategi yang tepat. Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 SD
dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas sekolah sesuai yang diharapkan pemerintah dan
masyarakat sangat ditentukan oleh pemahaman para pemangku kepentingan, utamanya
guru. Guru harus memiliki pemahaman, kesadaran, kemampuan, kreativitas,
kesabaran, dan keuletan dalam mengelola pembelajaran agar tersampaikan secara
optimal. Guru harus dapat memposiskan dirinya sebagai fasilitator guna mengatur
dan mengkondisikan siswa agar dapat merasa senang dan memunculkan motivasi pada
diri siswa untuk belajar.
Sesuai dengan
realitas yang ada para guru menggunakan metode serta media pembelajaran yang
sesuai dengan materi pembelajaran, serta perlunya persetujuan dan dukungan dari
kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk terus melakukan
supervises atau pengawasan terhadap jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh
guru agar dapat berjalan lanacar. Daryanto & Rahmawati (2015:144)
mengatakan bahwa supervisi pembelajaran adalah kegiatan yang secara langsung
mempengaruhi perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana proses
belajar mengajar, dan melalui pengaruhnya tersebut bertujuan untuk mempertinggi
kualitas belajar peserta didik demi tercapainya tujuan organisasi (sekolah)
yang tinggi pula.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sangat penting bagi
kelancaran pelaksanaan pembelajaran. Harjanto (2010: 22) mengatakan bahwa
perencanaan guru dalam mengajar seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang
dapat membantu para pengelola pendidikan untuk lebih menjadi berdaya guna dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat menolong pencapaian suatu
sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih
mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan
sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi pengelolaan pada umumnya
menempati posisi yang amat penting dan amat menentukan. Perencanaan pengajaran
dan pembelajaran merupakan aspek fundamental dari peran akademik. Untuk itu
guru perlu pengelolaan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
baik. Seiring dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, diperlukan
kemampuan terkait dengan strategi, metode, pendekatan, dan penilaian terhadap
peserta didik, serta kemampuan mengenal peserta didik.
METODE
Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam (verstehen), penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam
konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari (Mulyadi, 2011: 134). Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik studi literatur. Studi literatur sendiri menurut Habsy (2017: 90) adalah
cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang
berhubungan dengan topi yang diangkat dalam suatu penelitian. Data yang telah
terkumpul kemudian dianalisis, kemudian data disajikan dan ditarik kesimpulan.
Untuk memperoleh keabsahan data, peneliti menggunakan kriteria yakni
keterpercayaan sumber dan metode, kecukupan bahan referensi, dan kepastian.
Data yang didapatkan disusun dan dibandingkan dengan studi pustaka hingga
menghasilkan kesimpulan. Proses penelitian dikerjakan dalam beberapa tahapan
umum yaitu perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan
laporan hasil penelitian.
PEMBAHASAN
Pengertian Supervisi Pembelajaran Non Tematis
Supervisi pembelajaran non tematis adalah
usaha pembinaan yang dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru mata
pelajaran selain tematis dalam mengembangkan kemampuan mengajarnya agar
tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam supervisi pembelajaran ini tujuannya bukan
menyalahkan guru ketika tujuan pembelajaran tidak tercapai, namun membantu guru
mengembangkan
kemampuan dalam pembelajaran non
tematis. Proses supervisi pembelajaran non tematis ini bermaksud untuk
membina guru dalam melaksanaan pembelajaran non tematis. Disini guru sebagai seorang fasilitator
dalam proses pembelajaran. Agar supervisi ini berhasil maka guru
perlu mendapat pembinaan (supervisi) secara
teratur dan berencana.
Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Dalam melakukan
pembelajaran, guru diharapkan dapat menkondisikan kelas sebaik mungkin agar
pembelajaran yang dilakukan dapat tersampaikan dengan optimal kepada para
siswa.dalam pelaksanannya, pembelajaran berbasis kompetensi dapat menjadi salah
satu cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat menjadi
pedomanbagi guru dalam mengajar, yaitu:
1. Berpusat pada siswa (Student
centered learning), KBM mengkondisikan agar siswa yang belajar dapat sesuai
dengan bakat, minat kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa.
2. Belajar dengan melakuakan (Learned by doing) pembelajaran hendaknya memberikan pengalaman
nayat sehari-hari, terkait penerapan konsep, dan prinsip disiplin ilmu yang
dipelajari.
3. Mengembangkan kemampuan sosial atau memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk mengungkapkan gagasannya kepada siswa lain dan guru.
4. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan,
yang pertama sebagai modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan
kreatif, lalu yang kedua sebagai modal dasar untuk bertakwa kepada Tuhan.
5. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah karena
keberhasilan hidup banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan masalah.
6. Mengembangkan kreativitas siswa, PBM memberi kesempatan
dan kebebasan kepada siwa untuk berkarya secara bersinambung.
7. Membangun kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai
media.
8. Menumbuhkembangkan kesadaran warga negara yang baik.
9. Belajar sepanjang hayat. KBM perlu mendorong siswa utnuk
melihat dirinya secara positif, mengenali diri sendiri,dan orang lain serta
mendorong dirinya untuk terus belajar sepanjang hayat.
10. Perpaduan kompetensi, kerja sama, dan solidaritas. (Imron,
2012:146-147)
Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Belajar
Selain harus
berpedoman pada prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran, kurikulum
pembelajaran berbasis kompetensi juga mengamanatkan untuk berpedoman pada prinsip-prinsip
motivasi belajar. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsp motivasi belajar,
pembelajaran yang dilakukan dapat menciptakan pemberlajaran yang motivasional
bagi peserta didik. Pembelajaran yang motivasional yaitu pembelajaran yang
dapat menggairahkan, menyenangkan, peserta didik tidak merasa tertekan, dan
menjadikan peserta didik merasa butuh dengan aktivitas belajar.
Adapun
prinsip-prinsip tersebut menurut Imron (2012: 147-148), sebagai berikut: (1)
kebermaknaan, peserta didik akan termotivasi dalam belajar apabila merasa bahwa
apa yang ia dapatkan bermakna dalam kehidupannya; (2) pengetahuan dan
keterampilan prasyarat, perlu adanya pengkaitan antara pengetahuan dan
kemampuan sebelumnya dengan hal-hal yang akan dipelajari; (3) model, peserta
didik akan mudah memahami dan menguasai keterampilan baru apabila memberikan
contoh; (4) terstruktur, peserta didik akan termotivasi apabila penyampaian
materi dilakukan secara terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif
siswa; (5) keaslian dan tugas menantang, peserta didik akan termotivasi apabila
diberikan tugas yang menantang dan diminta berpikir dan bertindak secara
rasional; (6) latihan yang tepat dan aktif, kegiatan KBM akan diminati peserta
didik apabila latihan yang diberikan sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan
ia dilibatkan secara aktif untuk mencapai kompetensi pribadinya; (7) penilaian
tugas, balikan yang diberikan oleh guru akan meningkatkan motivasi pada peserta
didik; (8) kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan, otak tidak akan bekerja
secara optimal ketika dalam keadaan yang tertekan; (9) keragaman pendekatan,
keragaman pendekatan mengajar oleh guru dan keragaman pendekatan siswa akan
mencegah dan mengurangi kebosanan; (10) mengembangkan beragam kemampuan,
kemampuan siswa yang beragam maka sekolah perlu menyediakan pengalaman belajar
yang memungkinkan kemampuan tersebut dapat berkembang; dan (11) keseimbangan
pengaturan pengalaman belajar, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan refleksi.
Pengelolaan,
Startegi, dan Sumber Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Agar siswa merasa
antusias dalam pembelajaran maka hendaknya pembelajaran tersebut dikelolah
dengan baik oleh guru. Pengelolaan kegiatan pembelajaran terdiri atas
pengelolaan ruang kelas, pengelolaan siswa, dan pengelolaan poses belajar
mengajar. Secara ringkas, pengelolaan kegiatan belajar mengajar berbasis
kompetensi menurut Imron (2012:150) adalah sebagai berikut:
1. Mengelola ruang kelas. Ruang kelas mudah diorkrestrasikan
sehingga memungkinkan aksesbilitas (siswa mudah mengjangkau alat dan seumber
belajar), interaksi (hungan timbal balik siswa-siswa dan siswa-guru), dan
variasi kerja siswa (bekerja perorangan,berpasangan dan kelompok);
2. Mengelola siswa. Guru perlu tahu bahwa kapan siswa
dikelola secara perorangan, berpasangan, kelompok, atau klasikal;
3. Mengelola kegiatan pembelajaran. Diupayakan sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa.
Sementara itu,
strategi yang sepatutnya dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berbasis
kompetensi menurut Imron (2012:150-151) meliputi:
1. Melibatkan siswa secara aktif. Siswa perlu dilibatkan
dalam pembelajaran karena aktivitas pembelajaran selebihnya tidak hanya menjadi milik guru,
melainkan milik siswa.
2. Tidak membantu siswa terlalu dini. Dengan menundah waktu
pemberian bantuan, akan menjadikan siswa berani melakukan trial and eror dalam aktivitas pembelajaran. ini sangat penting
sekalai, karena keberanian memulai berarti separuh dari keberhasilan telah
digapai oleh siswa.
3. Menghargai siswa meskipun hasilnya belum memuaskan. Ini
terkait dengan pandangan psikologi humanistik, bahwa belajar sesunggunya adalah
proses menjadi. Sebuah kesumpurnaan hidup baru akan dicapai oleh manusi apabila
pelakunya mau berproses secara tersu menerus.
4. Memberi pekerjaan yang menantang siswa untuk berpikir dan
bekerja.
Guna mengoptimalkan proses dan hasil belajar, diperlukan
topangan sumber dan sarana pembelajaran. Langkah-langkah yang dapat ditempuh
untuk pengoptimalan sumber dan sarana pembelajaran menurut Imron (2012:152) adalah
sebagaimana pada gambar diagram berikut.
Berdasarkan gambar diagram diatas, guru perlumengidentifikasi
sumber dan sarana pembelajaran, apakah tersedia ataukah tidak. Jika telah
tersedia, perlu dianalisis dengan kebutuhan pembelajaran, apakah telah
sesuaikah atau belum. Jika telah sesuai maka dapat langsung digunakan.
Sebalinya jika tidak sesuai, maka perlu dimodifikasi atau disesuaikan. Baru
setelah sudah dimodifikasi, kemudian dapatdigunakan.
Apabila
hasil identifikasi didapati bahwa ternyata sumber dan sarana pembelajaran tidak
tersedia, maka perlu dilakukan pembelian atau pembuatan. Pembelian dapat
dilakukan pada toko dan pabrik produksi media dan sumber belajar yang kini
marak. Hanya saja yang patut dipertimbangkan saat membeli adalah aspek utilitas
(kegunaan), aspek kualitasnya, dan yang juga tidak kala penting adalah daya
jangkau keuangannya. Jika dilakukan pembuatan, ini yang sangat bagus karena
guru dapat melakukan media pembelajaran berbasis potensi lokal yang dapat
dibuat sendiri. Bahkan guru dapat juga mengajak para siswa untuk membuat media
pembelajaran tersebut sehingga mereka mempunyai pengalaman riil yang sangat
berharga.
Pelaksanaan
Supervisi Pembelajaran Non Tematis
Supervisi
pembelajaran dapat disebut sebagai suatu kegiatan pembinaan dalam rangka
meningkatkan kemampuan pengelolaan pembelajaran baik bagi guru, kepala sekolah,
serta tenaga kependidikan. Dalam hal ini supervisi pembelajaran yang berbasis
kompetensi yang sifatnya nontematis membantu kepala sekolah dalam pengembangan
guru di dalam kelas dengan cara pengembangan pendekatan klinik seperti yang
diutarakan oleh Imron (2011: 153) bahwasanya pelaksanaan dari supervisi
pembelajaran nontematis yang berbasis kompetensi bisa menggunakan pendekatan
klinik dengan menggunakan 5 langkah pendekatan klink yakni:
1. Preobservation conference
(pertemuan sebelum observasi), supervisor melakukan pembicaraan dengan guru
mengenai kemampuannya yang akan dikembangkan.
2. Observation of Teaching (observasi
guru mengajar), yang dimana supervisor mengumpulkan data-data mengenai perilaku
guru yang sedang mengajar.
3. Analysis and Strategi
(analisis dan penentuan strategi), supervisor menganalisa data yang didapat
dari guru yang diamati dan menentukan strategi atau cara apa yang cocok untuk
membantu guru tersebut. Disini supervisor menentukan kotrak yang disepakati
dengan guru, evaluasi selama guru mengajar, kualitas hubungan interpersonal
antara guru dan supervisor, kompetensi dan pengetahuan guru.
4. Postobservation
Conference (pertemuan setelah observasi), pada
langkah ini supervisi menjelaskan kepada guru mengenai hasil observasinya saat
guru mengajar, kemudian guru dan supervisor memecahkan permasalahannya
tersebut.
5. Postconference analysis
(analisis setelah pertemuan), terakhir disepakatinya oleh supervisor dan guru
mengenai tindak lanjut permasalahan tersebut di pertemuan berikutnya, dan guru
dapat menggunakan bahan yang telah dijelaskan oleh supervisor sebagai
perbaikan.
Pada tahap pertemuan
pendahuluan, yang didalam nya seorang supervisor menjelaskan kemampuan mengajar
guru yang perlu ditingkatkan, aspek-aspek pendukung teknik mengajar guru, yang
kemudian disepakati oleh kedua pihak. Dalam tahap ini sebaiknya supervisor
menciptakan susana ruang yang hangat dan kekeluargaan agar guru yang yang
dijelaskan tersebut tidak tegang dan dapat meresap segala hal yang dikatakan
oleh supervisor, serta berani mengungkapkan pendapatnya mengenai
permasalahan-perasalahannya sendiri. Kemudian supervisor juga harus menciptakan
komunikasi yang baik agar guru dapat menjelaskan apa yang ingin dikembangkan
dan ditingkati oleh guru mengenai kemampuannya. Setelah itu seorang supervisor
harus juga mengecek dan me-review
silabus dan rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, dengan cara
menanyakan masing-masing sub langkah penyusunan silabus beserta substansinya
apakah sudah sesuai koridor pembelajaran ataukah belum. Setelah mencermati
silabus dan rencana pembelajaran guru, seorang supervisor harus menyusun format
observasi dan harus diketahui oleh guru tersebut karena ketika guru mengajar
akan sesuai dengan fokus pembelajarannya dan prinsip motivasi pembelajaran
tersebut, serta format tersebut sudah disepakati oleh guru dan supervisor.
Setelah itu di hari
berikutnya atau di kesempatan selanjutnya yang telah dijanjikan kedua pihak
seorang suervisor melakukan observasi ke kelas tempat guru tersebut mengajar.
Supervisor mengobservasi guru dengan menggunakan instrumen serta direkam secara
objektif mengenai tingkah laku guru, tingkah laku siswa dan interaksi antara
keduanya dalam proses belajar mengajar. Selain itu seorang supervisor dalam
melakukan kegiatan obeservasi ke kelas menurut Maisyaroh (dalam Imron, 2011:
164) harus memperhatikan:
1. Catatan
observasi harus lengkap, supaya nalisisnya tepat
2. Objek
observasi harus terfokus pada aspek keterampilan tertentu
3. Selain
rekam observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-komentar
yang letaknya terpisah dengan hasil rekaman observasi
4. Kalau
ada kata-kata guru yang menggangu proses
belajar mengajar juga perlu diacatat oleh supervisor
5. Supervisor
hendaknya berusaha agar selama observasi, guru tidak gelisah tapi berpenampilan
secara wajar
Kemudian setelah
kegiatan observasi tadi supervisor langsung mengadakan pertemuan balikan dengan
guru tersebut, agar supervisor dan guru masih ingat terhadap peristiwa
pembelajaran yang terjadi saat observasi. Pada tahap ini supervisor dan guru
mengadakan pertemuan yang membahas hasil observasi mengajar guru, dengan
penjelasan yang apa adanya dan tidak diubah-ubah. Menurut Maisyaroh (dalam
Imron, 2011: 164) rincian kegiatan balikan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Supervisor
memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar.
Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan
2. Supervisor
me-review tujuan pembelajaran
3. Supervisor
me-review tingkat keterampilan serta
perhatian utama guru dalam mengajar
4. Supervisor
menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan
perhatian utama. Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru
karena keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang dianggap
kurang berhasil
5. Menunjukan
data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh
supervisor, kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan
menginterpretasikanannya, secara bersama-sama
6. Menanyakan
kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya
7. Menanyakan
perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai
8. Menyimpulkan
hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai
9. Menentukan
bersama rencana mengajar yang akan datang, baik
berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap
sebelumnya (proses belajar mengajar yang telah dilakukan) maupun keterampilan
yang perlu disempurnakan.
Setelah pertemuam
balikan ini diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang terjadi oleh guru
tersebut dan kegiatan pembelajaran di kelas dapat berlangsung dengan baik. Jika
dianggap dikemudian hari guru tersebut sudah melakukan semua masukan yang
diberikan oleh supervisor dengan baik maka dapat dianggap kegiatan supervisi
yang dilakukan supervisor dianggap sukses.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Supervisi
pembelajaran non tematis merupakan usaha untuk melakukan pembinaan supervisor
untuk membantu guru mengembangkan kemampuan mengajarnya agar tercapai tujuan
pembelajaran non tematis yang efektif dan efisien. Dalam melaksanaan pembelajaran non tematis ini guru merupakan fasilitator dalam proses pembelajaran. Setelah
dilakukan supervisi diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran non tematis ada proses atau tahapannya, yaitu: persiapan, observasi, dan pertemuan balikan.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan tersebut, maka sasaran ditunjukan kepada Supervisor. Supervisor harus dapat membantu
guru untuk menyelesaikan setiap permasalahan mengajar guru dalam pembelajaran,
dengan merancang pembelajaran yang efektif dan efisisen. Dan seorang pendidik
di harapkan mampu memperbaharui strategi mengajarnya terus-menerus.
DAFTAR RUJUKAN
Daryanto & Rahmawati, T. 2015. Supervisi Pembelajaran (Inpeksi meliputi: Controling, Correcting,
Judging, Directing, Demonstration). Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Habsy,
B. A. 2017. Seni Memahami Penelitian Kualitatif dalam Bimbingan dan Konseling:
Studi Literatur. Jurnal Konseling Andi
Matapa, 1(2), 90-100. Online. https://journal.stkip-andi-matappa.ac.id/index.php/jurkam/article/view/56/pdf diakses pada 13
November 2019.
Harjanto. 2010. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Imron, A. 2012. Supervisi
Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Margareta. R.T.E, Ismanto. B., & Sulasmono. S.B. 2018.
Strategi Pemasaran Sekolah Dalam Peningkatan Minat Peserta Didik Berdasarkan
Delta Model. Jurnal Manajemen Pendidikan.
5(1) (online) https://ejournal.uksw.edu/kelola/article/view/1770
diakses pada 8 November 2019.
Mulyadi,
M. 2011. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi
dan Media, 15(1), 127-138. Online.
http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/download/52/49 diakses pada 13
November 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar