Minggu, 27 Oktober 2019

ASESMEN PEMAHAMAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


 ASESMEN PEMAHAMAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK




MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Perkembangan Peserta Didik yang dibina oleh Bapak Dr. Adi Atmoko, M.Si


  
Disusun oleh:


1. Jihan Naziha Falahi
(170131601018)
2. Kholifatul Khoiria
(170131601069)
3. Nadya Nanda Sukawati
(170131601013)
4. Nella Yanuar Rizky
(170131601097)
5. Nur Aida Indah Eliza
(170131601060)










UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Februari, 2018





KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah asesmen pemahaman perkembangan peserta didik tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi semua umat di muka bumi ini dengan cahaya kebenaran.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Perkembangan Peserta Didik, yaitu Bapak Dr.AdiAtmoko, M.Si yang telah membimbing dan membagi pengalamannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun segi bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.









Malang, 12 Februari 2018




Penulis







i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR                                                                                
DAFTAR 
ISI                                                                                                                ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang Masalah                                                                        1
1.2     Rumusan Masalah                                                                                 1
1.3     Tujuan Penulisan                                                                                   2

         BAB II PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Asesmen                                                                               3
2.2     Aspek Asesmen Perkembangan                                                            3
2.3     Langkah-Langkah Pokok dalam Melakukan Asesmen                          5
2.4     Teknik Tes                                                                                              7
2.5     Teknik Non Tes                                                                                      11

          BAB III PENUTUP

3.1  Kesimpulan                                                                                            21

         DAFTAR RUJUKAN                                                                                   22































ii


BAB I 

PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu keguatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal lain yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik "Non Tes".
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan observasi, wawancara, pengisian angket (kuesioner), skala sikap dan lain-lain. Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif.

1.2     Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Apa pengertian asesmen?
2.         Apa saja aspek asesmen perkembangan?
3.         Bagaimana langkah-langkah pokok dalam melakukan asesmen?
4.         Bagaimana teknik tes dalam asesmen pemahaman perkembangan peserta didik?
5.         Bagaimana teknik non tes dalam asesmen pemahaman perkembangan peserta didik?




1


2


1.3     Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Untuk menguraikan pengertian asesmen
2.         Untuk memaparkan aspek asesmen perkembangan
3.         Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pokok dalam melakukan asesmen
4.         Untuk menguraikan teknik tes dalam asesmen pemahaman perkembangan peserta didik
5.         Untuk menguraikan teknik non tes dalam asesmen pemahaman perkembangan peserta didik


BAB II 

PEMBAHASAN


2.1     Pengertian Asesmen
Menurut Poerwanti (2013) asesmen adalah istilah umum yang melibatkan semua rangkaian prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar peserta didik misalnya: observasi, skala bertingkat tentang kinerja, tes tertulis dan pelaksanan penilaian mengenai kemajuan belajar peserta didik.
Asesmen perkembangan adalah proses pengumpulan data/informasi secara sistematis terhadap aspek-aspek perkembangan anak yang diduga berpengaruh terhadap prestasi akademik.

2.2     Aspek Asesmen Perkembangan

Menurut Poerwanti (2013) asesmen perkembangan mencakup beberapa aspek, antara lain:
1.         Aspek Perkembangan Kognitif
Aspek perkembangan kognitif yaitu aspek dalam proses pembentukan konsep sehingga dapat mengembangkan pengetahuan anak dalam hal perkembangan bahasa, perkembangan persepsi, konsentrasi dan memori atau daya ingat.
a.    Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. Kemampuan berbahasa seseorang dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu kemampuan berbahasa pasif (reseptif) dan kemampuan berbahasa aktif (ekspresif). Kemampuan berbahasa pasif adalah kemampuan memahami pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain. Sedangkan kemampuan berbahasa aktif adalah kemampuan untuk menyatakan pikiran, perasaan dan kehendak sendiri kepada orang lain.
Asesmen perkembangan bahasa ditujukan untuk mengumpulkan atau menghimpun data/informasi tentang aspek-aspek perkembangan bahasa yang meliputi kemampuan memahami makna kata, kemampuan untuk


3





mengekspresikan diri secara verbal, dan kemampuan dalam pelafalan (artikulasi).
b.    Perkembangan Persepsi
Persepsi berasal dari istilah bahasa Inggris ”Perception” artinya tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, daya memahami atau menanggapi sesuatu, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Asesmen perkembangan persepsi merupakan suatu proses pengumpulan informasi mengenai aspek-aspek perkembangan persepsi seorang anak yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan suatu program pembelajaran akademik.
Adapun ruang lingkup perkembangan persepsi terdiri dari: (a) persepsi visual, yang meliputi persepsi warna, hubungan keruangan, diskriminasi visual, diskriminasi bentuk dan latar, visual closure, dan pengenalan objek (object recognation), (b) persepsi auditif yang meliputi kesadaran fonologis, diskriminasi auditif, ingatan auditif, urutan audititif, dan perpaduan auditif, (c) persepsi kinestetik (gerak), dan (d) persepsi taktil (perabaan).
c.    Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik meliputi kemampuan dalam melakukan gerak, baik yang bersifat gerakan kasar, gerakan halus, keseimbangan dan koordinasi.
Asesmen perkembangan motorik ditujukan untuk mengetahui informasi tentang aspek-aspek perkembangan motorik anak yang meliputi aspek motorik kasar, motorik halus, aspek keseimbangan dan koordinasi.
Ruang lingkup perkembangan motorik mencakup: (a) Kemampuan untuk melakukan gerakan kasar (gross motor); (b) Kemampuan untuk melakukan gerakan halus (fine motor); (c) Kemampuan dalam keseimbangan (balance); (d) Kemampuan koordinasi (coordination).
2.         Aspek Perkembangan Sosial
Aspek perkembangan sosial ialah aspek yang mengacu pada kemampuan anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam situasi tertentu, seperti melakukan adaptasi dengan lingkungan, menilai situasi, mengikuti aturan dan membedakan kepemilikan barang.
3.         Aspek Perkembangan Emosi
Aspek perkembangan emosi ialah kemampuan dalam mengekspresikan perasaan-perasaan gembira, marah, sedih, takut dan keberanian.
4.         Aspek Perkembangan Motorik
Aspek perkembangan motorik ialah kemampuan dalam melakukan gerak, baik gerakan kasar maupun halus dan keseimbangan yang meliputi: melakukan gerakan kasar, melakukan gerakan halus dan kesimbangan.

2.3     Langkah-Langkah Pokok dalam Melakukan Asesmen

Menurut Sunarya (2013) langkah-langkah pokok dalam melakukan asesmen adalah sebagai berikut:
1.         Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar
Dalam merencanakan asesmen atau evaluasi hasil belajar, perlu melakukan setidaknya enam hal, yaitu:
a.     Merumuskan tujuan dilakukannya asesmen atau evaluasi, termasuk merumuskan tujuan terpenting dari diadakannya asesmen. Hal ini perlu dilakukan agar arah proses asesmen jelas.
b.    Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah aspek kognitif, afektif, atau psikomotor.
c.     Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan.
d.    Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai proses dan hasil belajar para peserta didik.
e.     Menentukan metode penskoran jawaban siswa.
f.     Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi (kapan, berapa kali, dan berapa lama).
g.    Mereview tugas-tugas asesmen.
2.         Menghimpun Data
Guru bisa memilih teknik tes dengan menggunakan tes atau memilih teknik non tes dengan melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau angket. Ketika melakukan asesmen prestasi peserta didik, para guru harus memahami situasi dan kondisi lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik harus tenang dan nyaman. Selama proses asesmen berlangsung, guru juga harus memonitor jalannya asesmen dan membantu agar semuanya berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3.         Melakukan Verifikasi Data
Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan data yang “baik” yakni data yang akan memperjelas gambaran mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” yaitu data yang akan mengaburkan gambaran mengenai peserta didik.
4.         Mengolah dan Menganalisis Data
Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap data yang telah dihimpun. Agar data yang terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bisa menggunakan teknik statistik dan/atau teknik nonstatistik, berdasarkan pada mempertimbangkan jenis data.
5.         Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap makna yang terkandung pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu saja harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan di awal.
6.         Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen
Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini untuk mengingatkan para guru, sebab dengan demikian mereka dapat menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal yang lebih baik. Dengan disimpannya instrumen dan ringkasan dan jawaban siswa, termasuk berbagai catatan tentang upaya memperbaiki instrumen, sewaktu-waktu Anda membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada tahun berikutnya maka tidak akan
membutuhkan waktu yang lama. Tentu saja, perubahan disana-sini perlu dilakukan karena isi dan struktur unit pelajaran yang dipelajari siswa juga telah berubah.
7.         Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis, dan disimpulkan maka Anda sebagai guru atau evaluator bisa mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian.
Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian yang telah dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi berbagai perubahan dan atau perbaikan. 

2.4     Teknik Tes

Instrumen yang digunakan untuk melakukan asesmen atau evaluasi terhadap proses dan hasil belajar, secara umum terdiri dari tes dan non tes. Terkadang, juga menggunakan istilah teknik, sehingga ada teknik tes dan teknik non tes. Dengan teknik tes, asesmen dilakukan dengan cara menguji peserta didik. Sedangkan teknik non tes asesmen dilakukan tanpa menguji peserta didik.
1.         Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa Inggris ditulis test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan (Sudijono, 2005:66).
Dalam evaluasi pendidikan, tes dipahami sebagai cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai ileh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu (Sudijono, 2005:67).
2.         Fungsi Tes
Menurut Sudijono (2005) secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a.  Sebagai alat pengukur peserta didik. Tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b.  Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, karena melalui tes tersebut dapat diketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
3.         Penggolongan Tes
Sebagai alat pengukur, menurut Sudijono (2005) tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
a.  Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur perkembangan peserta didik, tes dapat dibedalan menjadi enam golongan yaitu:
1)             Tes Seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah "Ujian Saringan" atau "Ujian Masuk". Tes ini dilakukan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
2)             Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran dibeeikan kepada peserta didik.
3)             Tes Akhir 
Tes akhir sering dikenal sebagai istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang teegolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
4)             Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadpi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa.
5)             Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik "telah terbentuk" (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
6)             Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah, tes ini dikenal dengan istilah "Ulangan Umum" atau "EBTA", dimana hasilnya digunakan untuk mengisi niali raport atau mengisi ijazah.
b.  Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin Diungkap Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-
tidaknya dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
1)           Tes intelegensi, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2)           Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan kemampuan dasar atau bakat jhusus yang dimiliki oleh testee.
3)           Tes sikap, yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
4)           Tes kepribadian , yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.
5)           Tes hasil belajar, yang sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang dapat ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang berbentuk tugas dan serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal) yang harus dijawab, atau perintah- perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga (berdasar atas data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran itu) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi belajar testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai standar tertentu, atau dapat pula dibandingkan dengan nilai-nilai yang berhasil dicapai oleh testee lainnya.
c.  Penggolongan Lain-Lain
Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)           Tes individual, yakni tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja, dan;
2)           Tes kelompok, yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)     Power test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan;
2)     Speed test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)     Verbal test, yaitu suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuamh dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimay, baik secara lisan maupun secara tertulis, dan;
2)     Nonverbal test, yaitu tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)     Tes tertulis, yaitu jenis tes di mana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
2)     Tes lisan, yaitu tes di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan- pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.

2.5     Teknik Non Tes

Dengan teknik non tes, asesmen atau evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan melakukan observasi atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan lain-lain.
1.         Pengamatan (Observation)
Menurut Sudijono (2005), observasi adalah cara menghimpun bahan- bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta didik pada jam-jam istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan pelajara, perilaku peserta didik pada saat shalat jum’at di musholla sekolah, upacara bendera (Sudijono, 2005:77).
Observasi dapat dilakukan baik secara partisipatif (participant observation) maupun nonpartisipatif (nonparticipatif observation). Observasi dapat pula berbentuk observasi eksperimental (experimental observation) yaitu observasi yang dilakukan dalam situasi buatan atau berbentuk observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar (nonexperimental observation).
Pada observasi berpartisipasi, observer (dalam hal ini pendidik yang sedang melakukan kegiatan penilaian, seperti : guru, dosen, dan sebagainya) melibatkandiri di tengah-tengah kegiatan observer (dalam hal ini peserta didik yang sedang diamati tingkah lakunya, seperti murid, siswa, mahasiswa, dan sebagainya) sedangkan pada observasi nonpartisipasi, evaluator berada “di luar garis”, seolah-olah sebagai penonton belaka.
Pada observasi eksperimental di mana tingkah laku yang diharapkan muncul karena peserta didik dikenai perlakuan (treatment) atau suatu kondisi tertentu, maka observasi memerlukan perencanaan dan persiapan yang benar- benar matang, sedangkan pada observasi yang dilakusanakan dalam situasi yang wajar, pelaksanaannya jauh lebih sederhana karena observasi semacam ini dapat dilakukan secara sepintas lalu saja.
Jika observasi digunakan sebagai alat evaluasi, maka harus selalu diingat bahwa pencatatan hasil observasi itu pada umumnya jauh lebih sukar daripada mencatat jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta didik terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam suatu tes, ulangan atau ujian, sebab respon yang diperoleh dalam observasi adalah berupa tingkah laku.
Mencatat tingkah laku adalah merupakan pekerjaan yang sulit, sebabdi sini observer selaku evaluator harus dapat dengan secara cepat mencatatnya.
Pencatatan terhadap segala sesuatu yang dapat disaksikan dalam observasi itu penting sekali sebab hasilnya akan dijadikan landasan untuk menilai makna yang terkandung dibalik tingkah laku peserta didik tersebut.
Observasi yang dilaksanakan terlebih dahulu membuat perencanaan secara matang, dikenal dengan istilah observasi sistematis (systematic observation).
Pada observasi jenis ini, observasi dilaksanakan dengan berlandaskan pada kerangka kerja yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasinya pun telah ditetapkan dan dibatasi secara tegas, sehingga pengamatan dan sekaligus pencatatan yang dilakukan oleh evaluator dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik iitu sifatnya selektif. Faktor- faktor apa saja yang tercantum dalam pedoman observasi itulah yang diamati dan dicatat. Diluar itu tidak perlu dilakukan pengamatan dan pencatatan.
Pedoman observasi itu wujud kongkretnya adalah sebuah atau beberapa buah formulir (blanhko atau form) yang didalamnya dimuat segi-segi, aspek-aspek atau tingkah laku yang perlu diamati atau dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan para peserta didik. Berikut ini dikemukakan dua buah contoh instrumen evaluasi berupa daftar iisian dalam rangka menilai keterampilan peserta didik, dalam suatu observasi sitematis.

Hasil penilaian dengan menggunakan instrumen tersebut diatas adalah individual. Setelah selesai, nilai-nilai individual itu dimasukkan kedalam daftar nilai yang sifatnya kolektif, seperti contoh berikut:



Dalam evaluasi hasil belajar dimana dipergunakan observasi nonsistematis, yaitu observasi dimana observer atau evaluator dalam melakukan pengamatan dan pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti maka kegiatan observasi maka kegiatan observbasi di sini semata0mata hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.
Contoh yang dapat dikemukakan disini misalnya adalah seorang guru pendidikan agama islam dalam bulan ramadhan melakukan observasi pada satu atau bebrapa mesjid atau mushola, guna mengetahui dan selanjutnya menilai keaktifan siswa-siswanya dalam menjalankan ibadah shalat tarawih dan shalat witir. Contoh lainnya, pada waktu-waktu istirahat, seorang guru pendidikan agama islamsambil menikmati minuman di kafetaria sekolah mengamati hal- hal yang dibicarakan oleh para siswanya. Apakah hal-hal yang dibicarakan itu sifatnya baik (positif) ataukah hal-hal yang sifatnya kurang baik (negatif).


Tabel 2.3 Observasi berupa Rating Scale

Nama Siswa    : .............................................................................
Kelas               :.................................................................
No
Kegiatan/ Aspek yang dinilai
Selalu
Sering
Kadang-
kadang
Tidak
pernah

1.
Datang tepat pada waktunya
X



2.
Rapi dalam berpakaian
X



3.
Rapi dalam menulis dan
mengerjakan pekerjaan.
X



4.
Menjaga kebersihan badan.
X



5.
Hormat kepada guru agama
X



6.
Rukun dengan teman-teman
sekelasnya
X



7.
Suka mengganggu ketenangan
belajar di dalam kelas



X
8.
Suka berbuat onar di luar
kelas


X

9.
Mengerjakan PR tepat pada
waktunya
X



10.
Aktif dalam aktivitas keagamaan yang dijadwalkan
oleh guru agama.


X


Dan seterusnya
Jumlah skor
7
1
1
1

Yogyakarta,....................................
Guru Agama/Penilai



.......................................................
Instrumen observasi berupa Rating Scale, dalam rangka menilai sikap peserta didik dalam mengikuti pengajaran pendidikan agama Islam di sekolah.
Catatan: untuk item 1 sampai dengan 6 dan item 9 dan 10 diberikan skor sebagai berikut: selalu= 4; sering=3; kadang-kadang=2; tidak pernah=1 sedangkan untuk item 7 dan 8 diberi skor sebagai berikut : selalu=1; sering=2; kadang-kadang=3; tidak pernah=4. Jadi apabila hasil penilaian lewat observasi seperti dikemukakan diatas kita beri skor, keadaannya adalah sebagai berikut: (6 x 4)+4+3+4+3=38.
Penilaian atau evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan dengan melakukan observasi itu disamping memiliki kelebihan, juga tidak telepas dari kelemahan.
Menurut Sudijono (2005) kelebihan yang dimiliki oleh observasi yaitu:
a.       Data observasi diperoleh secara langsung di lapangan, dengan cara melihat dan mengamati kegiatan atau ekspresi peseta didik di dalam melakukan sesuatu, sehingga data tersebut dapat lebih bersifat obyektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribasian peserta didik menurut keadaan yang senyatanya.
b.       Data hasil observasi dapat mencakup berbagasi aspek kepribadian masing- masing individu peserta didik; dengan demikian maka di dalam pengolahannya tidak berat sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kecakapan atau prestasi belajar mereka.
Adapun segi-segi kelemahannya menurt Sudijono (2005), di antara lain adalah, bahwa:
a.             Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh para pengajar. Guru yang tidak atau kurang memiliki kecakapan atau keterampilan dalam melakukan observasi, maka hasil observasinya menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya. Untuk menghasilkan data observasi yang baik, seorang guru harus mampu membedakan antara; apa yang tersurat, dengan apa yang tersirat.
b.            Kepribadian (personality) dari observer atau elvaluator juga acapkali mewarnai atau menyelinap masuk ke dalam penilaian yang dilakukan dengan cara observasi. Prasangka-prasangka yang mungkin melekat pada diri observer (evaluator) dapat mengakibatkan sulit dipisahkannya secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya.
c.             Data yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya. Baru dapat
mengungkap “kulit luar”nya saja. Adapun apa-apa yang sesungguhnya terjadi di balik hasil pengamatan itu belum dapat diungkap secara tuntas hanya dengan melakukan observasi saja. Karena itu observasinya harus didukung dengan cara-cara lainnya, misalnya dengan melakukan wawancara.





2.            Wawancara
Secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara menghimpun bahan- bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang ditentukan (Sudijono, 2005:82).
Menurut Sudijono (2005), ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
a.        Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga sering dikenal dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic intervie).
b.        Wawancara tidak terpimpin (Iun-guided interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non-systematic interview).
Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak yang diperlukan; misalnya wawancara dengan peserta didik, wawancara dengan orang tua atau wali murid dan lain-lain, dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya. Wawancara ini sudah dipersiapkan secara matang, yaitu dengan berpegang pada panduan wawancara (interview guiide) yang butir-butir itemnya terdiri dari hal-hal yang dipandang perlu guna mengungkap kebiasaan hidup sehari-hari peserta didik, hal-hal yang disukai dan tidak disukai,
keinginan dan cita-citanya, cara belajarnya, cara menggunakan waktu luangnya, bacaannya dan sebagainya.
Di antara kelebihan yang dimiliki oleh wawancara adalah, bahwa dengan melakukan wawancara pewawancara sebagai evaluator (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkapdan mendalam. Dengan melakukan wawancara, peserta didik dapat mengeluarkan isi hatinya secara lebih bebas. Melalui wawancara, data dapat diperoleh dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif; pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi dan sebaliknya jawaban- jawaban yang belum jelas dapat diminta lagi dengan lebih terarah dan lebih bermakna, asalkan tidak mempengaruhi atau mengarahkan jawaban peserta didik.
Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape recorder( alat perekam suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan dapat dicatat dengan secara lebih lengkap. Penggunaan pedoman wawancara dan alat bantu perekam suara itu akan sangat membantu kepada pewawancara dalam mengategorikan dan menganalisis jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta didik untuk pada akhirnya dapat ditarik kesimpulannya.
Dalam wawancara bebas, pewawancara selalu evaluator dmengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya . hanya saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini pewawancara atau evaluator akan dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, terutama pabila jawaban mereka beraneka ragam. Dalam pada itu mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi oleh ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil-hasil wawancara dicatat seketika. Mencatat hasil wawancara terpimpin tidaklah terlalu sulit, sebab pewawancara sudah dilengkapi dengan alat bantu berupa pedoman wawancara; sebaliknya mencatat hasil wawancara bebas adalah jauh lebih sulit, dan oleh karenanya pewawancara harus terampil dalam mencatat pokok-pokok jawaban yang diberikan oleh para interview (Sudijono, 2005:83-84).
3.         Angket
Angket (questionnaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara dimana penilai (evulator) berhadapan secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya; apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai (Sudijono, 2005:84).
Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepada orang tua mereka. Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Disamping itu juga dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan proram pembelajaran.
Data yang dapat dihimpun melalui kuesioner misalnya adalah data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti pelajaran, cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru.
Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa kuesioner bentuk pilihan ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap. Skala yang mengkukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk mengungkap sikap peserta didik adalah skala likert.
Kuesioner sebagai alat evaluasi juga sangat berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, di mana data yang berhasil diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut diri peserta didik (Sudijono, 2005:85).
4.         Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji ( teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak di dalam keluarga, sejak kapan diterima sebagai siswa, dari mana sekolah asalnya, apakah ia pernah tinggal kelas, apakah ia pernah merasakan kejuaraan sebagai siswa berprestasi, apakah ia memiliki keterampilan khas dan pernah mendapatkan penghargaan, apakah ia menderita penyakit serius, dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik seperti nama, tempat tinggal, tempat dan tanggal lahir, agama yang dianut, pekerjaan pokoknya, jenjang pendidikannya, rata-rata penghasilan setiap bulan, dan sebagainya. Juga dokumen yang memuat tentang lingkungan nonsosial seperti: kondisi bangunan rumah, ruang belajar, dan sebagainya.
Berbagai infomasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya. Informasi-informasi tersebut dapat direkam melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian, yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan (Sudijono, 2005:90-91).


BAB III 

PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Asesmen perkembangan adalah proses pengumpulan data/informasi secara sistematis terhadap aspek-aspek perkembangan anak yang diduga berpengaruh terhadap prestasi akademik.
Asesmen perkembangan mencakup beberapa aspek, antara lain aspek perkembangan kognitif (bahasa, persepsi, motorik), aspek perkembangan sosial, aspek perkembangan emosi, dan aspek perkembangan motorik. Langkah-langkah pokok dalam melakukan asesmen adalah menyusun rencana asesmen atau evaluasi hasil belajar, menghimpun data, melakukan verifikasi data, mengolah dan menganalisis data, melakukan penafsiran atau interpretasi dan menarik kesimpulan, menyimpan instrumen asesmen dan hasil asesmen, dan menindaklanjuti hasil evaluasi.
Instrumen yang digunakan untuk melakukan asesmen atau evaluasi terhadap proses dan hasil belajar, secara umum terdiri dari tes dan non tes. Terkadang, juga menggunakan istilah teknik, sehingga ada teknik tes dan teknik non tes. Dengan teknik tes, asesmen dilakukan dengan cara menguji peserta didik. Sedangkan teknik non tes asesmen dilakukan tanpa menguji peserta didik. Teknik tes terdiri dari beberapa golongan. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya (tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif, tes sumatif), penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap (tes intelegensi, tes kemampuan, tes sikap, tes kepribadian , tes hasil belajar). Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes (tes individual dan tes kelompok), ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes (power test dan speed test), ditilik dari segi bentuk responnya (verbal test dan nonverbal test ), ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya (tes tertulis dan tes lisan). Dengan teknik non tes, asesmen atau evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan melakukan observasi atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan pemeriksaan dokumen.


21


DAFTAR RUJUKAN



Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada
ASESMEN/LANGKAH-LANGKAH.pdf) diakses 8 Februari 2018







































22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Visitor Counter

Popular Posts

Buku Tamu


Ingin Widget ini ?
Klik di sini

Comment

About

3/random/post-list
Copyright © Lentera Pendidikan | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com