ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
(ALIRAN BEHAVIORISME DAN ALIRAN GESTALT)
MAKALAH
Disusun ntuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
yang dibinah oleh Dr. Mustiningsih, M.Pd
Oleh:
AA CORETA 170131601105
KHOLIFATUL KHOIRIA 170131601069
ROSSA MELANI 170131601082
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Psikologi merupakan ilmu pegetahuan yang berusaha memahami sesama
manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih tepat. Oleh
karena itu, psikologi dalam ilmu pendidikan sangat penting untuk memahami
berbagai macam karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga para
pendidik harus memahami psikologi agar dapat menerapkan gaya belajar yang
nyaman dan tepat untuk peserta didik. Hal tersebut bertujuan supaya peserta
didik lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Mempelajari psikologi
berguna bagi para pendidik untuk
mengembangkan kepribadian peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional yaitu mendidik suatu anak bangsa sesuai dengan karakter bangsa yang
berbudi luhur dan berkesejahteraan
sosial.
Pendidikan menurut SISDIKNAS UU No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual agamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak yang mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Adapun psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu psikologi yang
mempengaruhi proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Psikologi
pendidikan mempunyai berbagai aliran yaitu strukturalisme, fungsionalisme,
psikhoanalisis, behaviorisme, gestalt, asosiasi, sosiologis, konvergensi. Dan
disini kami akan membahasan tentang aliran gestalt dan behaviorisme psikologi
pendidikan.
1.2
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu aliran behaviorisme
2. Untuk
mengetahui apa saja ciri-ciri dari aliran gestalt
1.3
Ruang Lingkup Bahasan
1) Apa yang
dimaksud dengan aliran behaviorisme?
2) Apa ciri-ciri
dari aliran gestalt?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Aliran Behaviorisme
Behaviorisme
adalah aliran psikologi yang mempelajari tingkah laku-tingkah laku yang nyata,
terbuka dan dapat diukur secara obyektif. Pada awal kemunculannya para ahli
banyak mengadakan penelitian dengan sarana hewan.
Tokoh aliran ini adalah John Watson. Ia menyatakan bahwa pengalaman
sadar merupakan bagian dari psikologi. Hampir semua perilaku merupakan hasil
dari pengkondisian. Perilaku berasal dari stimulus dan berakhir dengan respon
(S-R). Stimulus merupakan pengkondisian sebelumnya, sedangkan respon adalah
produk perilaku.
Awalnya watson belajar filsafat, tetapi kemudian pindah ke dalam
lapangan psikologi. Sejak tahun 1912 Watson telah terkenal dengan
penyelidikan-penyelidikannya mengenai proses belajar pada hewan.
Dasar-Dasar
Pendapat Watson
a.
Masalah objek psikologi
Watson berpendapat,
bahwa sience sosiologi harus bersifat positif, sehingga objeknya bukanlah
kesadaran dan hal-hal lain yang dapat diamati, melainkan haruslah tingkah laku,
lebih tegasnya lagi tingkah laku yang positif, yaitu tingkah laku yang dapat
diobservasi. Tingkah laku adalah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap
perangsang dari luar. Reaksi tersebut terdiri dari gerakan-gerakan dan
perubahan-perubahan jasmani tertentu, jadi dapat diamatai secara objektif.
b.
Masalah metode
Watson menolak
sama sekali metode introspektif, karena metode tersebut dianggapnya tidak
ilmiah.
c.
Bagian-bagian teori Watson yang terpenting
1)
Teori Sarbon (Stimulus and response bond theory)
Tingkah laku yang kompleks ini dapat
dianalisis menjadi rangkaian “Unit” perangsang dan reaksi (stimulus and
response), yang disebut reflek.
a)
Perangsang atau stimulus adalah situasi objektif,yang wujudnya
dapat bermacam-macam, seperti : sinar, bola kasti yang dilemparkan, rumah
terbakar, kereta api penuh sesak dan sebagainya.
b)
Respons adalah reaksi objektif daripada individu terhadap situasi
sebagai perangsang, yang wujudnya juga dapat bermacam-macam seklai, seperti :
refleks pattela, memukul bola, mengambil makanan, menutup pintu, dan
sebagainya.
Tetapi karena pandangannya yang
radikal dan penggunaan istilah-istilah yang agak dipaksakan, maka banyak orang
yang memperoleh kesimpulan, bahwa psikologi watson itu mekanistik dan dangkal.
Palland (Kohnstamm dkk., 1950:396) misalnya, membuat kesimpulan sebagai
berikut:
i.
Bagan reflek adalah dasar psikologinya Watson ada dua, yaitu:
(1). Reflek gerakan
(2). Reflek sekresi
ii.
Segala tingkah laku yang kompleks dapat dikembalikan kepada
reaksi-reaksi terhadap perangsang-perangsang.
iii.
Segala bentuk tingkah laku yang kompleks tersusun dari refleks-refleks
bersyarat.
2)
Pengamatan dan kesan (sensation and Perception)
Karena tidak
dapat menerima pendapat bahwa kesadaran itu ada pada hewan, maka Watson berpendapat bahwa kita tidak berhak berbicara
tentang hewan melihat, mendengar dan sebagainya. Kita kita berbicara tentang
hewan-hewan melakukan response motoris yang dapat ditunjukkan terhadap
perangsang-perangsang pendengaran, penglihatan, dan sebagainya, karena itu tak
dapat dibantahlah bahwa hewan itu membuat respons pendengaran, respons penglihatan
dan sebagainya, jadi data objektif di sini adalah stimulus dan respons.
Dalam
menghadapi manusia, menurut Watson, jalan yang harus ditempuh juga demikian
itu.
3)
Perasaan, Tingkah Laku Afektif
Menurut Watson
bahwa hal senang dan tidak senang itu adalah senso-motoris. Untuk mengetahui
apakah ada reaksi emosional yang dibawa sejak bayi lahir. Watson melakukan
penyelidikan terhadap berpuluh-puluh bayi yang ada dirumah sakit, dan
mendapatkan tiga macam pola tingkah laku emosional yaitu reaksi emosional takut,
marah, dan cinta.
4)
Teori tentang Berpikir
Watson mulai dengan ponstulatnya yang biasa, yaitu bahwa berpikir
itu haruslah semacam tingkah laku senso-motoris, dan bagi dia berbicara dlam
hati adalah tingkah laku berpikir.
5)
Pengaruh Lingkungan (Pendidikan, Belajar, Pengalaman) dalam
perkembangan individu
Watson
berpendapat bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikit
sekali. Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan, karena latihan
dan belajar.
Seiring dengan aliran behaviorisme adalah aliran pragmatisme.
Pragmatisme pertama kali dikemukakan oleh Charles S. Peirce (1878) yang berasal
dari kata Yunani pragma, berarti perbuatan. Dalam teori pragmatisme menekankan
antara berfikir dan berbuat, yang terkait dengan manusia dan dihubungkan dengan
kebenaran. Pragmatisme pada dasarnya merupakan teori tentang kebenaran dan
merupakan metode berpikir.
Menurut William James (1842-1910), teori pragmatisme bukanlah
mencari masalah melainkanmencari kebaikan dari perbuatan manusia, mencari bagaimana
perilaku manusia membawa faedah bagi diri kita dan lingkungan tempat hidup
kita.
Penyelidikan behaviorisme dilakukan dengan penyelidikan hewan dan
timbul dari ilmu jiwa hewan. Dimana penyelidikan tersebut dilakukan dengan
sangat obyektif. Hewan yang dipakai antara lain anjing dan simpanse. Metode
yang dipakai adalah pembiasaan. Kelemahan dari penyelidikan melalui media hewan
adalah perilaku yang bersifat mekanistik. Menurut behaviorisme manusia
merupakan mesin reaksi, dan pendidikan berhubungan dengan reflek. Pelajaran
yang dapat di petik dari teori behaviorisme dalam dunia pendidikan atau
perkembangan anak,antara lain teori hukuman dan hadiah, serta stimulis-repons.
Karakterisik teori behaviorisme antara lain:
·
Perilaku merupakan obyek penyelidikan psikologis
·
Tidak dapat menerima jiwa, jiwa tidak dapat mengemudikan kehidupan
dan perilaku manusia,
·
Ketika anak lahir, belum memiliki bakat, warisan rohani, kecakapan
yang dibawakan, dalam perjalanan waktu dipengaruhi oleh behaviorismedalam praktik
pendidikan.
Tokoh utama
bahavioisme dari amerika antara lain:
Ø William James,
yang berpegang pada metode dari ilmu hayat. Hidup pada dasarnya dipengaruhi
oleh kehendak. Melalui kehendak, orang dapatmengarahkan perilakunya agar sesuai
dengan tuntutan lingkungannya.
Ø Edward Lee
Thorndike, yang beranggapan bahwa kelakuan meliputi kesadaan. Oleh sebab itu
digunakan metode instrospeksi. Menurutnya proses belajar merupakan rangkaian
refleks.
Ø Watson,
berpandanagan bahwa ilmu jiwa merupakan gejala-gejalayang nyataada, yang
obyektif dan empiris (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya).
2.2
Aliran Gestalt
Tokoh aliran ini adalah W. Kohler. Gestalt dapat pula diartikan sebagai
konfigurasi. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan pada dasarnya merupakan
proses diferensiasi, dimana yang primer adalah keseluruhan sedangkan yang
sekunder adalah bagian-bagian. Kaitannya dalam hal ini seseorang mengenal
hal-hal yang bersifat umum atau menyeluruh terlebih dahulu sebelum mengenali
hal-hal yang mengenal bagian-bagian. Manusia pada dasarnya lebih mudah
mengenali hal-hal yang berpola atau terorganisasi.
Beberapa
ciri khas pengertian dari aliran psikologi Gestalt antara lain:
·
Gestalt merupakan keseluruhan yang
berarti/penuh arti.
·
Keseluruhan lebih berarti dari sekedar jumlah
dari bagian-bagian.
·
Keseluruhan tidak sama dengan jumlah
bagian-bagian.
·
Keseluruhan terdiri dari bagian dari
suatu hubungan.
·
Gestalt merupakan suatu keseluruhan
tersendiri yang berbeda dari keseluruhan yang lain.
·
Bentuk Gestalt adalah berstuktur dalam,
walaupun sifat keseluruhannya itu masih menonjol, tetapi nampak pula sifat
raganya.
·
Gestalt adalah pengumpulan gejala-gejala
sedemikian rupa bahwa tiap-tiap bagian hanya mempunyai sifatnya sendiri dan
bekerja bersama-sama dengan bagian-bagian lain.
·
Gestalt bersifat totalitet, yakni tiap
bagian tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling tergantung dengan yang
lain, dan baru dapat berfungsi dengan baik ketika menjadi keseluruhan.
Pengantar
a.
Orang yang dipandang menjadi perintis langsung psikologi Gestalt
ialah Chr.von Ehrenfels, dengan karyanya Uber Gestaltqualitation (1890).
Berlawanan dengan aliran-aliran asosiasi yang bersifat molecular, aliran ini
menekankan pentingnya keseluruhan.
Selanjutnya
orang yang dipandang benar-benar sbagai pendiri aliran ini ialah Wertheimer.
Eksperimen-eksperimen Wertheimer mengenai Scheinbewegung (gerak semu)
memberikan kesimpulan, bahwa pengamatan mengandung hal yang melebihi jumlah
unsur-unsurnya. Ini adalah gejala Gestalt. Penelitian dalam bidang optik ini
kemudian juga dipandang berlaku (kesimpulan serta prinsip-prinsipnya) di bidang
lain, seperti misalnya di bidang belajar. Lebih jauh eksperimen-eksperimen W.
Kohler dengan simpanse yang dilakukan di pulau Tenerife (1913-1917) memberikan
kesimpulan-kesimpulan yang berlawanan dengan teori-teori molecular.
b.
Pokok-pokok teori belajar menurut aliran Gestalt
Psikologi
Gestalt bermula pada lapangan pengamatan (persepsi) dan mencapai sukses yang
terbesar juga dalam lapangan ini. Koffka merupakan tokoh utama yang merumuskan
transfer dari pengamatan. Dalam arti tertentu chimpanse kohler memang
dihadapkan kepada problem pengamatan, dan apabila dapat melihat situasi itu
dengan tepat maka mereka memperoleh “pencerahan” dan dapat memecahkan problem
yang dihadapi. Maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami
hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu. Adapun hukum-hukum tersebut
adalah sebagai berikut.
c.
Hukum-hukum pengamatan (hukum-hukum belajar) menurut aliran gestalt
Menurut aliran
gestalt dan satu hukum pokok, yaitu hukum pragnanz dalam bahasa jawa “momot”
(memuat)yang berarti banyak isi. Hukum ini menunjukkan tentang berarahnya
segala kejadian, yaitu berarah kepada pragnanz itu yaitu sesuatu keadaan yang
seimbang, suatu gestalt yang baik. Gestalt yang baik keadaan yang seimbang
mencakup sifat-sifat keteraturan, kesederhanaan, kestabilan, simetri, dan
sebagainya.
Dialiran
gestalt terdapat 4 hukum tambahan, yaitu hukum keterdekatan, ketertutupan,
kesamaan dan kontinuitas.
d.
Memecahkan problem, mendapatkan pencerahan (insight)
Insight adalah
didapatkannya pemecahan problem, dimengertinya persoalan inilah inti belajar.
Jadi yang terpenting bukanlah mengulang-ulang hal yang harus dipelajari, tetapi
mengertinya mendapatkan insight. Menurut Hilgard (1948:190-195) memberikan 6
macam sifat khas belajar dengan insight, sebagai berikut:
1.
Insight itu tergantung pada kemampuan dasar.
2.
Insight itu tergantung pengalaman masa lampau yang relevan.
3.
Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental.
4.
Insight itu didahului oleh suatu periode mencoba-coba.
5.
Belajar dengan Insight itu dapat diilangi.
6.
Insight yang telah sekali didapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi
situasi-situasi yan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikologi
pendidikan yaitu ilmu yang mempelajari tentang jiwa, yang digunakan dalam ilmu
pendidikan untuk mengetahui tentang tingkah laku manusia. Psikologi mempunyai
aliran-aliran salah satunya yaitu aliran gestalt dan behaviorisme. Tokoh dari
aliran gestalt adalah W.Kohler. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan pada
dasarnya merupakan proses diferensiasi, dimana yang primer adalah keseluruhan
sedangkan yang sekunder adalah bagian-bagian. Kaitannya dalam hal ini seseorang
mengenal hal-hal yang bersifat umum atau menyeluruh terlebih dahulu sebelum
mengenali hal-hal yang mengenal bagian-bagian.
Behaviorisme
adalah aliran psikologi yang mempelajari tingkah laku-tingkah laku yang nyata,
terbuka dan dapat diukur secara obyektif. Pada awal kemunculannya para ahli
banyak mengadakan penelitian dengan sarana hewan.
Tokoh aliran ini adalah John Watson. Ia menyatakan bahwa pengalaman
sadar merupakan bagian dari psikologi. Hampir semua perilaku merupakan hasil
dari pengkondisian. Perilaku berasal dari stimulus dan berakhir dengan respon
(S-R). Stimulus merupakan pengkondisian sebelumnya, sedangkan respon adalah
produk perilaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar