Jumat, 01 November 2019

ALIRAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN


ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN 
(ALIRAN BEHAVIORISME DAN ALIRAN GESTALT)


MAKALAH
Disusun ntuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan 
yang dibinah oleh Dr. Mustiningsih, M.Pd


Oleh:
AA CORETA                            170131601105
KHOLIFATUL KHOIRIA        170131601069
ROSSA MELANI                     170131601082






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar Belakang
Psikologi merupakan ilmu pegetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih tepat. Oleh karena itu, psikologi dalam ilmu pendidikan sangat penting untuk memahami berbagai macam karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga para pendidik harus memahami psikologi agar dapat menerapkan gaya belajar yang nyaman dan tepat untuk peserta didik. Hal tersebut bertujuan supaya peserta didik lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Mempelajari psikologi berguna bagi para pendidik  untuk mengembangkan kepribadian peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mendidik suatu anak bangsa sesuai dengan karakter bangsa yang berbudi luhur dan  berkesejahteraan sosial.
Pendidikan menurut SISDIKNAS UU No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual agamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Adapun psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu psikologi yang mempengaruhi proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Psikologi pendidikan mempunyai berbagai aliran yaitu strukturalisme, fungsionalisme, psikhoanalisis, behaviorisme, gestalt, asosiasi, sosiologis, konvergensi. Dan disini kami akan membahasan tentang aliran gestalt dan behaviorisme psikologi pendidikan.
                                                                                                  
1.2          Tujuan
1.       Untuk mengetahui apa itu aliran behaviorisme
2.       Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari aliran gestalt


1.3          Ruang Lingkup Bahasan
1)      Apa yang dimaksud dengan aliran behaviorisme?
2)      Apa ciri-ciri dari aliran gestalt?
      

BAB II
PEMBAHASAN
2.1               Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang mempelajari tingkah laku-tingkah laku yang nyata, terbuka dan dapat diukur secara obyektif. Pada awal kemunculannya para ahli banyak mengadakan penelitian dengan sarana hewan.
Tokoh aliran ini adalah John Watson. Ia menyatakan bahwa pengalaman sadar merupakan bagian dari psikologi. Hampir semua perilaku merupakan hasil dari pengkondisian. Perilaku berasal dari stimulus dan berakhir dengan respon (S-R). Stimulus merupakan pengkondisian sebelumnya, sedangkan respon adalah produk perilaku.
Awalnya watson belajar filsafat, tetapi kemudian pindah ke dalam lapangan psikologi. Sejak tahun 1912 Watson telah terkenal dengan penyelidikan-penyelidikannya mengenai proses belajar pada hewan.
Dasar-Dasar Pendapat Watson
a.       Masalah objek psikologi
Watson berpendapat, bahwa sience sosiologi harus bersifat positif, sehingga objeknya bukanlah kesadaran dan hal-hal lain yang dapat diamati, melainkan haruslah tingkah laku, lebih tegasnya lagi tingkah laku yang positif, yaitu tingkah laku yang dapat diobservasi. Tingkah laku adalah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang dari luar. Reaksi tersebut terdiri dari gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan jasmani tertentu, jadi dapat diamatai secara objektif.
b.       Masalah metode
Watson menolak sama sekali metode introspektif, karena metode tersebut dianggapnya tidak ilmiah.
c.       Bagian-bagian teori Watson yang terpenting
1)      Teori Sarbon (Stimulus and response bond theory)
Tingkah laku yang kompleks ini dapat dianalisis menjadi rangkaian “Unit” perangsang dan reaksi (stimulus and response), yang disebut reflek.
a)       Perangsang atau stimulus adalah situasi objektif,yang wujudnya dapat bermacam-macam, seperti : sinar, bola kasti yang dilemparkan, rumah terbakar, kereta api penuh sesak dan sebagainya.
b)      Respons adalah reaksi objektif daripada individu terhadap situasi sebagai perangsang, yang wujudnya juga dapat bermacam-macam seklai, seperti : refleks pattela, memukul bola, mengambil makanan, menutup pintu, dan sebagainya.
Tetapi karena pandangannya yang radikal dan penggunaan istilah-istilah yang agak dipaksakan, maka banyak orang yang memperoleh kesimpulan, bahwa psikologi watson itu mekanistik dan dangkal. Palland (Kohnstamm dkk., 1950:396) misalnya, membuat kesimpulan sebagai berikut:
                                                                                i.            Bagan reflek adalah dasar psikologinya Watson ada dua, yaitu:
(1). Reflek gerakan
(2). Reflek sekresi
                                                                              ii.            Segala tingkah laku yang kompleks dapat dikembalikan kepada reaksi-reaksi terhadap perangsang-perangsang.
                                                                            iii.            Segala bentuk tingkah laku yang kompleks tersusun dari refleks-refleks bersyarat.
2)      Pengamatan dan kesan (sensation and Perception)   
Karena tidak dapat menerima pendapat bahwa kesadaran itu ada pada hewan, maka Watson  berpendapat bahwa kita tidak berhak berbicara tentang hewan melihat, mendengar dan sebagainya. Kita kita berbicara tentang hewan-hewan melakukan response motoris yang dapat ditunjukkan terhadap perangsang-perangsang pendengaran, penglihatan, dan sebagainya, karena itu tak dapat dibantahlah bahwa hewan itu membuat respons pendengaran, respons penglihatan dan sebagainya, jadi data objektif di sini adalah stimulus dan respons.
Dalam menghadapi manusia, menurut Watson, jalan yang harus ditempuh juga demikian itu.

3)      Perasaan, Tingkah Laku Afektif
Menurut Watson bahwa hal senang dan tidak senang itu adalah senso-motoris. Untuk mengetahui apakah ada reaksi emosional yang dibawa sejak bayi lahir. Watson melakukan penyelidikan terhadap berpuluh-puluh bayi yang ada dirumah sakit, dan mendapatkan tiga macam pola tingkah laku emosional yaitu reaksi emosional takut, marah, dan cinta.

4)      Teori tentang Berpikir
Watson mulai dengan ponstulatnya yang biasa, yaitu bahwa berpikir itu haruslah semacam tingkah laku senso-motoris, dan bagi dia berbicara dlam hati adalah tingkah laku berpikir.
5)      Pengaruh Lingkungan (Pendidikan, Belajar, Pengalaman) dalam perkembangan individu
Watson berpendapat bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikit sekali. Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan, karena latihan dan belajar.
Seiring dengan aliran behaviorisme adalah aliran pragmatisme. Pragmatisme pertama kali dikemukakan oleh Charles S. Peirce (1878) yang berasal dari kata Yunani pragma, berarti perbuatan. Dalam teori pragmatisme menekankan antara berfikir dan berbuat, yang terkait dengan manusia dan dihubungkan dengan kebenaran. Pragmatisme pada dasarnya merupakan teori tentang kebenaran dan merupakan metode berpikir.
Menurut William James (1842-1910), teori pragmatisme bukanlah mencari masalah melainkanmencari kebaikan dari perbuatan manusia, mencari bagaimana perilaku manusia membawa faedah bagi diri kita dan lingkungan tempat hidup kita.
Penyelidikan behaviorisme dilakukan dengan penyelidikan hewan dan timbul dari ilmu jiwa hewan. Dimana penyelidikan tersebut dilakukan dengan sangat obyektif. Hewan yang dipakai antara lain anjing dan simpanse. Metode yang dipakai adalah pembiasaan. Kelemahan dari penyelidikan melalui media hewan adalah perilaku yang bersifat mekanistik. Menurut behaviorisme manusia merupakan mesin reaksi, dan pendidikan berhubungan dengan reflek. Pelajaran yang dapat di petik dari teori behaviorisme dalam dunia pendidikan atau perkembangan anak,antara lain teori hukuman dan hadiah, serta stimulis-repons.
Karakterisik teori behaviorisme antara lain:
·         Perilaku merupakan obyek penyelidikan psikologis
·         Tidak dapat menerima jiwa, jiwa tidak dapat mengemudikan kehidupan dan perilaku manusia,
·         Ketika anak lahir, belum memiliki bakat, warisan rohani, kecakapan yang dibawakan, dalam perjalanan waktu dipengaruhi oleh behaviorismedalam praktik pendidikan.

Tokoh utama bahavioisme dari amerika antara lain:
Ø  William James, yang berpegang pada metode dari ilmu hayat. Hidup pada dasarnya dipengaruhi oleh kehendak. Melalui kehendak, orang dapatmengarahkan perilakunya agar sesuai dengan tuntutan lingkungannya.
Ø  Edward Lee Thorndike, yang beranggapan bahwa kelakuan meliputi kesadaan. Oleh sebab itu digunakan metode instrospeksi. Menurutnya proses belajar merupakan rangkaian refleks.
Ø  Watson, berpandanagan bahwa ilmu jiwa merupakan gejala-gejalayang nyataada, yang obyektif dan empiris (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya).

2.2               Aliran Gestalt
Tokoh aliran ini adalah W. Kohler. Gestalt dapat pula diartikan sebagai konfigurasi. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan pada dasarnya merupakan proses diferensiasi, dimana yang primer adalah keseluruhan sedangkan yang sekunder adalah bagian-bagian. Kaitannya dalam hal ini seseorang mengenal hal-hal yang bersifat umum atau menyeluruh terlebih dahulu sebelum mengenali hal-hal yang mengenal bagian-bagian. Manusia pada dasarnya lebih mudah mengenali hal-hal yang berpola atau terorganisasi.
Beberapa ciri khas pengertian dari aliran psikologi Gestalt antara lain:
·         Gestalt merupakan keseluruhan yang berarti/penuh arti.
·         Keseluruhan lebih berarti dari sekedar jumlah dari bagian-bagian.
·         Keseluruhan tidak sama dengan jumlah bagian-bagian.
·         Keseluruhan terdiri dari bagian dari suatu hubungan.
·         Gestalt merupakan suatu keseluruhan tersendiri yang berbeda dari keseluruhan yang lain.
·         Bentuk Gestalt adalah berstuktur dalam, walaupun sifat keseluruhannya itu masih menonjol, tetapi nampak pula sifat raganya.
·         Gestalt adalah pengumpulan gejala-gejala sedemikian rupa bahwa tiap-tiap bagian hanya mempunyai sifatnya sendiri dan bekerja bersama-sama dengan bagian-bagian lain.
·         Gestalt bersifat totalitet, yakni tiap bagian tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling tergantung dengan yang lain, dan baru dapat berfungsi dengan baik ketika menjadi keseluruhan.
Pengantar
a.       Orang yang dipandang menjadi perintis langsung psikologi Gestalt ialah Chr.von Ehrenfels, dengan karyanya Uber Gestaltqualitation (1890). Berlawanan dengan aliran-aliran asosiasi yang bersifat molecular, aliran ini menekankan pentingnya keseluruhan. 
Selanjutnya orang yang dipandang benar-benar sbagai pendiri aliran ini ialah Wertheimer. Eksperimen-eksperimen Wertheimer mengenai Scheinbewegung (gerak semu) memberikan kesimpulan, bahwa pengamatan mengandung hal yang melebihi jumlah unsur-unsurnya. Ini adalah gejala Gestalt. Penelitian dalam bidang optik ini kemudian juga dipandang berlaku (kesimpulan serta prinsip-prinsipnya) di bidang lain, seperti misalnya di bidang belajar. Lebih jauh eksperimen-eksperimen W. Kohler dengan simpanse yang dilakukan di pulau Tenerife (1913-1917) memberikan kesimpulan-kesimpulan yang berlawanan dengan teori-teori molecular.
b.       Pokok-pokok teori belajar menurut aliran Gestalt
Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan (persepsi) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Koffka merupakan tokoh utama yang merumuskan transfer dari pengamatan. Dalam arti tertentu chimpanse kohler memang dihadapkan kepada problem pengamatan, dan apabila dapat melihat situasi itu dengan tepat maka mereka memperoleh “pencerahan” dan dapat memecahkan problem yang dihadapi. Maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu. Adapun hukum-hukum tersebut adalah sebagai berikut.
c.       Hukum-hukum pengamatan (hukum-hukum belajar) menurut aliran gestalt
Menurut aliran gestalt dan satu hukum pokok, yaitu hukum pragnanz dalam bahasa jawa “momot” (memuat)yang berarti banyak isi. Hukum ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian, yaitu berarah kepada pragnanz itu yaitu sesuatu keadaan yang seimbang, suatu gestalt yang baik. Gestalt yang baik keadaan yang seimbang mencakup sifat-sifat keteraturan, kesederhanaan, kestabilan, simetri, dan sebagainya.
Dialiran gestalt terdapat 4 hukum tambahan, yaitu hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan dan kontinuitas.
d.       Memecahkan problem, mendapatkan pencerahan (insight)
Insight adalah didapatkannya pemecahan problem, dimengertinya persoalan inilah inti belajar. Jadi yang terpenting bukanlah mengulang-ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya mendapatkan insight. Menurut Hilgard (1948:190-195) memberikan 6 macam sifat khas belajar dengan insight, sebagai berikut:
1.       Insight itu tergantung pada kemampuan dasar.
2.       Insight itu tergantung pengalaman masa lampau yang relevan.
3.       Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental.
4.       Insight itu didahului oleh suatu periode mencoba-coba.
5.       Belajar dengan Insight itu dapat diilangi.
6.       Insight yang telah sekali didapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yan









BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Psikologi pendidikan yaitu ilmu yang mempelajari tentang jiwa, yang digunakan dalam ilmu pendidikan untuk mengetahui tentang tingkah laku manusia. Psikologi mempunyai aliran-aliran salah satunya yaitu aliran gestalt dan behaviorisme. Tokoh dari aliran gestalt adalah W.Kohler. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan pada dasarnya merupakan proses diferensiasi, dimana yang primer adalah keseluruhan sedangkan yang sekunder adalah bagian-bagian. Kaitannya dalam hal ini seseorang mengenal hal-hal yang bersifat umum atau menyeluruh terlebih dahulu sebelum mengenali hal-hal yang mengenal bagian-bagian.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang mempelajari tingkah laku-tingkah laku yang nyata, terbuka dan dapat diukur secara obyektif. Pada awal kemunculannya para ahli banyak mengadakan penelitian dengan sarana hewan.
Tokoh aliran ini adalah John Watson. Ia menyatakan bahwa pengalaman sadar merupakan bagian dari psikologi. Hampir semua perilaku merupakan hasil dari pengkondisian. Perilaku berasal dari stimulus dan berakhir dengan respon (S-R). Stimulus merupakan pengkondisian sebelumnya, sedangkan respon adalah produk perilaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Visitor Counter

Popular Posts

Buku Tamu


Ingin Widget ini ?
Klik di sini

Comment

About

3/random/post-list
Copyright © Lentera Pendidikan | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com