STRATEGI
PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF
DI MIN 1 MALANG
Kholifatul Khoiria
Email: rhiakholifa98@gmail.com
Jurusan
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas
Negeri Malang Jl.Semarang Nomor 5 Malang 65145
E-mail:
rhiakholifa98@gmail.com
A. Susunan
Kerangka Berpikir
1. Pengertian
Pengelolaan Kelas Efektif
Pengelolaan
merupakan berasal dari terjemahan bahasa Inggris yaitu management yang artinya
dalam bahasa Indonesia yaitu pengelolaan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2019:1), pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan
menggerakkan tenaga orang lain. Sementara itu, Nur (2014: 64) mengungkapkan
bahwa, pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang
dikelola dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sedangkan kelas menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019:1) adalah ruang tempat belajar di sekolah. Gunawan
(2016:99) mengungkapkan bahwa kelas merupakan sekelompok siswa pada waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dapat disimpulkan bahwa,
kelas merupakan ruang belajar di sekolah yang mana didalamnya terdapat aktivitas
belajar bersama pada waktu dan guru yang sama.
Jadi, manajemen kelas
atau pengelolaan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian
terhadapat program-program yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selaras yang
diungkapkan oleh Sanjaya (2011:174) bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas serta dapat mengembalikannya
jika terdapat hal-hal yang mengganggu. Permana (2001), pengelolaan kelas yaitu
seperangkat kegiatan guru dalam menciptakan dan mentertibkan kondisi kelas. Sedangkan
menurut Nurabadi (2016:7), manajemen kelas adalah proses perencanaa,
pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan kegiatan pembelajaran guru
dengan segenap penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
2. Permasalahan
yang Dihadapi dalam Pengelolaan Kelas
Dalam
suatu pengelolaan pasti terdapat hambatan-hambatan atau permasalahan yang terjadi.
Sama halnya dengan pengelolaan yang ada pada manajemen kelas. Dalam menciptakan
kelas efektif dalam penerapannya banyak dijumpai berbagai kasus atau permasalahan.
Masalah yang timbul dapat berasal dari peserta didik, guru, kondisi kelas dan
situasi sekolah. Menurut Tim Dosen AP dalam Nurabadi (2016) menjelaskan bahwa
masalah yang muncul di kelas yang dapat memungkinkan menganggu terjadinya proses
kegiatan pembelajaran terdiri dari dua macam, yaitu:
a.
Masalah
Individu
Masalah individu
yaitu permasalahan yang melekat pada diri peserta didik baik dari aktivitasnya
yang ada di rumah, jalan dan lingkungan sekolah hingga permasalahan yang
ditimbulkan pada saat pembelajaran berlangsung, karena interaksinya dengan
antar peserta didik lain maupun dengan gurunya.
b.
Masalah
Kelompok
Masalah kelompok
adalah masalah yang ditimbulkan dari adanya kolektivitas peserta didik yang
tidak terorganisir sehingga memicu kecemburuan antar peserta didik dan
ketidaksetujuan yang tidak dikemukakan yang pada akhirnya menurunkan
partisipasi peserta didik dalam belajar.
Sedangkan
menurut Gunawan (2016:14), mengungkapkan bahwa permasalahan-permasalahan yang
dihadapi guru dalam pengelolaan kelas, yaitu: (1) tingkat penguasaan materi
oleh peserta didik; (2) fasilitas yang diperlukan dalam kegitan pembelajaran;
(3) kondisi dari peserta didik; dan (4) teknik mengajar yang digunakan guru. Masalah
individu yang tidak terpenuhinya kebutuhan diterima kelompok dan kebutuhan
untuk mencapai harga diri. Hal tersebut dapat memicu terjadinya tindakan peserta
didik yang dapat digolongkan menjadi dua tindakan, yaitu: (1) tingkah laku yang
ingin mendapatkan perhatian dari orang lain; dan (2) tingkah laku yang ingin
menunjukkan kekuatan yang dimilikinya.
3. Strategi
Pemecahan Masalah
Guru
sebgai manajer dituntut untuk mengatur kegiatan yang ada dikelas agar pembelajaran
berjalan secara kondusif. Kelas yang kondusif merupakan suasana kelas yang
tenang serta mendukung akan keberhasilan yang diinginkan. Sehingga jika terjasi
permasalahan di kelas, guru sebagai manajer kelas haruslah dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan yang dikemukaan oleh Evertson,
dkk dalam Nurabadi (2016:52-54), mengungkapkan bahwa ada dua strategi dalam
pemecahan masalah dalam menciptakan kelas efektif yaitu intervensi minor dan
intervensi moderat. Intervensi minor dapat digunakan bila perilaku yang
ditimbulkan tidak sampai menganggu kegiatan pembelajaran. Misalnya peserta
didik memanggil guru tidak tepat pada waktunya, meninggalkan kursi tanpa izin,
makan di dalam kelas, dan terlibat obrolan Bersama teman sebayanya. Masalah ini
dapat diatasi dengan cara menggunakan isyarat non verbal, mendekati peserta
didik, mengarahkan kembali atas perilaku tersebut, memberikan pelajaran yang
dibutuhkan, memberikan peringatan secara langsung dan tegas, dan berilah
peserta didik dalam satu pilihan.
Sedangkan
intervensi moderta membutuhkan intervensi yang lebih kuat daripada sebelumnya. Misalnya
perilaku peserta didik yang dapat menganggu jalannya kegiatan pembelajaaran
seperti mengganggu peserta didik lain yang sedang mengerjakan tugas, menyalahgunakan
hak istimewa, dan lain sebagainya. Strategi yang dapat digunakan yaitu: (1)
tidak memberikan hak istimewa atau aktifitas yang diinginkan; (2) mengasingkan
atau memindahkan peserta didik; dan (3) menjatuhkan pinalti. Sementara itu
menurut Nurabadi (2016:64), mengungkapkan bahwa dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut dengan menggunkan pihak lain sebagai sumber
sperti mediasi teman sebaya, pertemuan orangtua dan guru, konselor, dan
menemukan seorang mentor.
4. Keterampilan
Mengelola Kelas
Keterampilan
guru dalam mengelola kelas merupakan hal yang sangat diperlukan untuk
mewujudkan kelas yang kondusif. Guru yang hangat, akrab, antusias, dan tulus akan
lebih mudah dalam menciptakan suasana kelas yang menyenengkan sehingga peserta
didik akan dengan mudah menerima materi yang diberikan. Dibandingkan dengan
guru yang tegang, peserta didik akan merasa takut dan materi yang dinerikan akan
sulit untuk diterima meskipun keadaan kelas yang tenang. Hal ini karena peserta
didik merasa ketakutan akan kemarahan yang dilakukan oleh guru.
Selain
itu, guru juga diharapkan dapat menata ruang kelas dengan baik agar interaksi
yang terjadi antara peserta didik dengan guru maupun peserta didik dengan
peserta didik dapat berjalan dengan baik. Maka dari itu, guru dituntut untuk
memahami prinsip-prinsip dalam lingkungan fisik kelas menurut Loisell dalam Gunawan
(2016:103), yaitu: (1) visibility; (2)
accessibility; (3) fleksibilitas; (4)
kenyamanan; dan (5) keindahan. Sunu (2015:60) mengungkapkan bahwa menciptakan
keterampilan suasana kelas yang positif dengan menunjukkan keterampilan
hubungan manusia, antara lain: (1) keterampilan komunikasi; (2) menumbuhkan
rasa percaya diri; (3) mengembangkan rasa memiliki; dan (4) keterampilan
bekerjasama.
5. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan kelas dalam rangka menciptakan
suasana kelas menurut Jones dalam Nurabadi (2016:67) yaitu: (1) karakteristik
dan kebutuhan peserta didik; (2) konteks sekolah; (3) personalitas guru; dan
(4) belief regarding the goals of
schooling. Sedangkan menurut Zainuddin (2015) mengungkapkan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua yaitu:
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berhubungan dengan maslaah emosi,
pikiran, dan perilaku siswa. Sedangkan faktor ekstern yaitu berkaitan dengan
masalah lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah
siswa, dan lain sebagainya.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan observasi yang dilakukan
di MIN 1 Malang mengenai pelaksanaan pengelolaan kelas efektif, dapat dirumuskan
bahwa terdapat pemasalahan dalam membangun kelas yang efektif, yaitu:
1.
Bagaimana
pengelolaan kelas yang dilakukan di MIN 1 Malang?
2.
Bagaimana
keterampilan guru dalam menciptakan kelas yang efektif?
3.
Bagaimana
tindakan guru dalam menghadapi permasalahan-permaslahan di kelas?
C. Pembahasan
Pengelolaan Kelas di
MIN 1 Malang
Berdasarkan observasi yang dilakukan
di MIN 1 Malang, pengelolaan kelas agar menciptakan kelas yang efektif yaitu dengan
melakukan perencanaan terlebih dahulu, setelah perencanaan dilakukan
pelaksanaan, dan evaluasi mengenai hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Perencanaa
pembelajaran termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau biasa yang
disebut dengan RPP. Di dalam RPP sudah termuat mengenai kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Termasuk dalam menentukan metode, model, media,
dan penilaian yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selaras dengan Gunawan,
(2016:7) bahwa pengelolaan kelas mencakup proses perencanaan, pengorganisasian,
aktualisasi, dan pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individu maupun
dengan atau melalui orang lain (misalnya rekan sejawat atau dengan siswa
sendiri) untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, dengan
cara memberdayakan segala sumber daya yang ada. Berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 19 Ayat 3 Tentang Standar Proses, bahwa
setiap satuan Pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan, proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sehingga
untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, perlu adanya
perencanaan yang baik dengan perencanaan yang pula akan menghasilkan kelas
efektif untuk guru dan peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran di MIN 1 Malang
berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat pada RPP yang mengacu pada
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar (KD) Misalnya dalam mata pelajaran akhidah
dan akhlak membahas tentang akhlak terpuji, maka kompetensi dasar yang harus
dikuasi siswa yaitu siswa dapat memahami dan menerapkan akhlak-akhlak terpuji
dalam kehidupan sehari-hari. Jika peserta didik telah mencapai tahap tersebut
maka guru berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya yaitu tahap evaluasi, tahap
evaluasi disini lebih diarahkan pada evaluasi hasil belajar peserta didik. Evaluasi
yang digunakan di MIN 1 Malang yaitu evaluasi secara indivu. Jadi, meskipun
guru memerintahkan untuk bekerja secara kelompok penilaian yang dilakukan tetaplah
dilakukan secara individu. Penilaian sacara individu dilakukan karena bertujuan
untuk mengukur tingkat kemampuan dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang telah disampaikan. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Jahja Qohar Al-Haj
dalam Mahirah (2017:262), mengungkapkan bahwa fungsi evaluasi dilihat dari sisi
siswa yaitu untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam proses pembelajaran.
Sedangkan jika dilihat dilihat dari sisi program pengajaran yaitu sebagai dasar
pertimbangan kenaikan dan promosi siswa, sebagai dasar penyusunan dan
penempatan kelompok siswa yang homogen, sebagai diagnosis dan remedial, sebagai
dasar dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan, sebagai pemberi motivasi pada
siswa, dan sebagai dasar pemberian angka dan rapor bagi kemajuan belajar siswa.
Jadi, tujuan evaluasi secara individu yaitu untuk mengukur tingkat pencapaian
dan penguasaan materi pada peserta didik dan sebagai bahan evaluasi pembelajaran
yang telah dilakukan oleh guru. Dengan adanya evaluasi tersebut guru dapat mencari
tahu masalah apa yang dialami peserta didik, sehingga peserta didik tersebut
tidak dapat mencapai batas minimal yang telah ditentukan. Misalnya cara
pengajaran guru yang kurang sesuai, jadi guru dapat memperbaiki cara mengajarnya
agar dapat diterima oleh seluruh peserta didik.
Keterampilan Guru
dalam Menciptakan Kelas Efektif
Keterampilan guru dalam menciptakan
kelas yang efektif sangat dibutuhkan, karena dengan guru yang terampil dalam
mengkondisikan kelasnya maka kedisiplinan dan kondusifitas dalam kelas akan
tetap terjaga. Dalam menjaga kondusifitas dan kedisiplinan kelas di MIN 1
Malang, guru telah melakukan kontrak kelas terlebih dahulu anatar peserta didik
dengan guru mengenai peraturan-peraturan yang ada di kelas. Berdasarkan Colvin
dalam Widodo (2013:336), terdapat beberapa langkah penegakan disiplin kelas yang
harus dilakukan oleh guru dalam menegakkan disiplin kelas proaktif, yaitu: (1) pernyataan
tujuan; (2) menyusun perilkau yang diharapkan; (3) mengajarkan perilaku yang
diharapkan; (4) mempertahankan perilaku yang diharapkan; (5) perbaikan perilaku
bermasalah; (6) menggunakan data; dan (7) mempertahankan rencana untuk jangka panjang.
Selain itu, guru juga menggunakan
metode-metode pembelajaran yang menarik bagi peserta didik sehingga dapat meningkatkan
berpartisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan
di MIN 1 Malang yaitu dengan metode pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran
kontekstual yaitu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
langsung dalam pembelajaran dengan pengalamannya sendiri, sehingga materi yang
disampaikan lebih dipahami dan peserta didik tidak hanya sekedar mengetahui materinya
saja. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kadir (2013:19), bahwa pembelajaran
kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang beranggapan bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih
bermakna jika anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang akan dipelajarinya,
bukan sekedar mengetahuinya. Misalnya seperti pembelajaran kontekstual yang
diterapkan di MIN 1 Malang yaitu, materi belajar tentang gizi makanan. Pada materi
tersebut, peserta didik diminta untuk membawa makanan, seperti buah, sayur, biji,
ataupun kacang-kacangan. Dari makanan yang dibawa, peserta didik diminta untuk
mengamati dan mencari tahu apa saja gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.
Sedangkan untuk mengaktifkan peserta
didik dalam proses pembelajaran, guru di MIN 1 Malang menerapkan metode
observasi. Metode ini mendorong peserta didik agar lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Metode observasi yang digunakan seperti, peserta didik diminta
untuk mengamati pertumbuhan pada tanaman. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut
peserta didik diberikan langkah-langkah kerja yang harus dikerjakan yang
tertuang dalam lembar kerja siswa. Setelah selesai, siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil yang didapatkan di depan kelas.
Tindakan Guru dalam
Menghadapi Permasalahan Kelas
Setiap peserta didik pastilah
memiliki karakteristik masing-masing, ada peserta didik yang hipperaktif,
pendiam, santun, bandel, dan lain sebagainya. Maka dari itu guru dituntut untuk
menguasai beberapa pendekatan-pendekatan yang mana dapat diadaptasi jika
dihadapkan dengan berbagai tingkah laku peserta didik. Pendekatan yang perlu
dikuasi oleh guru yaitu pendekatan pengubahan tingkah laku, pendekatan iklim
sosio-emosional, dan pendekatan proses kelompok. Pendekatan-pendekatan tersebutlah
yang digunakan guru dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan peserta
didik.
Seperti halnya di MIN 1 Malang, jika
ada peserta didik yang melanggar pearaturan kelas seperti ramai, maka pertama
kali yang dilakuakn oleh guru yaitu mengingatkan murid tersebut terlebih dahulu,
jika murid tersebut tetap ramai guru memberikan suatu persyaratan dengan satu
pilihan seperti tetap mengikuti pelajaran dikelas atau keluar dari kelas, biasanya
dengan hal seperti ini peserta didik akan lebih diam ketika mengikuti
pembelajaran. Hal tersebut selaras dengan strategi pemecahan masalah menurut
Evertson, dkk dalam Nurabadi (2016:53), mengungkapkan bahwa salah satu pemecahan
masalah seperti kasus diatas yaitu dengan memberikan peserta didik satu pilihan.
Memberikan tanggungjawab kepada peserta didik dengan mengatakan bahwa ia
memiliki pilihan untuk berperilaku dengan baik atau menerima konsekuensi
negative. Serta yakinlah untuk memberi tahu peserta didik perilkau yang pantas
dan konsekuensi karena tidak menampilkan perilaku yang pantas.
Sedangkan reward diberikan kepada peserta didik yang rajin dan santun. Reward yang diberikan lebih kepada hasil
nilai yang didapat oleh peserta didik. Misalnya jika peserta didik selama
proses pembelajaran selalu aktif dan mengikutinya sehingga peserta didik
tersebut mendapatkan reward yaitu
berupa nilai tambahan yang didapat dari hasil bertanyanya ketika proses
pembelajaran. Sehingga siswa terpacu untuk turut aktif dalam pembelajaran. Hal tersebutlah
yang digunakan guru di MIN 1 Malang untuk meningkatkan keaktifan dan
partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebelum punishment atau penguatan yang diberikan
kepada siswa biasanya di MIN 1 Malang telah dikomunikasikan terlebih dahulu di
awal masuk semester baru. Serta guru juga telah memberitahukan teknis
pembelajaran yang akan dilakukan selama proses pembelajaran kedepannya.
Selain menghadapi peserta didik yang
rajin ataupun bandil, guru juga harus bisa menghadapi peserta didik yang aktif dalam
proses pembelajaran. Hal yang dilakukan oleh guru di MIN 1 Malang untuk
mengaktifkan peserta didik tersebut dengan melakukan pertama, memanggil namanya
ketika dalam proses pembelajaran, kemudian peserta didik tersebut diminta untuk
berpendapat mengenai materi yang sedang dibahas. Yang kedua yaitu, dengan
membritahukan bahwa sistem penilaian yang dilakukan adalah secara individu
meskipun dibentuk dalam kelompok, penilaian yang dilakukan secara individu. Jadi,
jika peserta didik tersebut tidak aktif bertanya maka peserta didik tersebut
tidak akan mendapatkan nilai yang dapat berdampak pada hasil prestasi yang akan
diperolehnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jika
guru dapat melakukan pengelolaan kelas dengan baik, maka kelas akan menjadi efektif
serta kondisi kelas selama proses pembelajaran akan menjadi lebih kondusif. Kondisi
kelas akan berpengaruh pada prestasi yang dihasilkan oleh peserta didik, maka
dari itu guru dituntut untuk dapat menciptakan kelas kondusif. Kelas yang
kondusif akan memberikan pengaruh yang positif termasuk hasil prestasi yang
diberikan oleh peserta didik.
Untuk menciptakan kelas yang efektif,
adapun hambatan-hambatan yang dialami oleh guru yaitu rasa malas. Seperti manusia
pada umumnya, guru akan merasa malas jika harus menyusun rencana pembelajaran. Padahal
faktor utama keberhasilan dalam pembelajaran adalah terletak pada perencanaan. Jika
perencanaan yang dilakukan disusun dengan baik dan matang maka dalam penerapan
atau pengaplikasian planning akan
berjalan dengan baik. Dan sebaliknya, jika dalam pembelajaran guru tidak melakukan
proses perencanaan maka guru akan merasa kesulitan dalam proses pembelajaran,
karena ia tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukannya selama proses
pembelajaran. Solusi yang dapat digunakan yaitu guru harus dapat menekan atau
mengontrol rasa malasnya dan menanamkan pada dirinya ia memiliki tanggungjawab
dalam menyukseskan kelas yang ia ajar untuk dapat berprestasi.
D. Kesimpulan
Pengelolaan kelas merupakan
tindakan guru dalam membantu membentuk tingkah laku peserta didik dengan
menghindari atau mengurangi tingkah laku peserta didik yang kurang sesuai
dengan tujuan sekolah dan memelihara organisasi kelas agar efektif dan efisien
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil kegiatan observasi
di MIN 1 Malang, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas yang dilakukan sudah
efektif. Hal tersebut dapat dilihat pada yang petama, guru telah melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Serta dalam proses
pembelajaran guru telah menerapkan keterampilannya dalam mengelola kelas dengan
baik. Misalnya dalam hal pengkondisian kelas agar tetap disiplin, menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, dan membangun
sosio-emosional dengan para peserta didik.
Daftar Rujukan
Gunawan,
I. 2016. Manajemen Kelas. Malang: UM
Press.
Kadir,
A. 2013. Konsep Pembelajaran Kontekstual di Sekolah. Dinamika Ilmu. (Online), (https://www.journal.iain-samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/20/19),
Vol. 13 No. 3, Desember 2013, diakses 21 Maret 2019.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. 2019. (Online), (https://kbbi.web.id/kelas),
diakses 20 Maret 2019.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. 2019. (Online), (https://kbbi.web.id/kelola),
diakses 20 Maret 2019.
Mahirah.
2017. Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa). Jurnal Idarah. (Online), (http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/idaarah/article/viewFile/4269/3931),
Vol. 1 No. 2, Desember 2017, diakses 21 Maret 2019.
Nurabadi,
A. 2016. Manajemen Kelas Berbasis Peserta
Didik. Malang: UM Press.
Nur,
Suhaebah. 2014. Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Minat Belajar PKN Pada
Peserta Didik di SMA 1 Polawali. Jurnal
Pepatuzdu. (Online), (https://journal.lppm-unasman.ac.id/index.php/pepatudzu/article/viewFile/23/22),
Vol. 8, No. 1, November 2014, diakses 19
Maret 2019.
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
(Online), (https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/PP0322013.pdf),
diakses 21 Maret 2019.
Permana,
J. 2001. Pengelolaan Kelas dalam Rangka Proses Belajar Mengajar. (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195908141985031-JOHAR_PERMANA/Penglolaan_Kelas_%28Iris%29.pdf),
diakses 19 Maret 2019.
Sanjaya,
W. 2011. Pembelajaran dalam Implementasi
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Widodo.
2013. Penerapan Tujuh Langkah Menyusun
Rencana Disiplin Kelas Proaktif Karya Colvin dalam Pembudayaan Hidup Aktif dan
Sehat di Sekolah. (Online), (https://media.neliti.com/media/publications/138845-none-7c5d7091.pdf),
diakses 21 Maret 2019.
Zainuddin,
A. 2015. Strategi Pengelolaan Kelas. (Online),
(http://www.academia.edu/26051331/STRATEGI_PENGELOLAAN_KELAS),
diakses 19 Maret 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar