Selasa, 08 Oktober 2019

STRATEGI PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DI MIN 1 MALANG


  STRATEGI PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF
DI MIN 1 MALANG

Kholifatul Khoiria
Email: rhiakholifa98@gmail.com
Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Malang Jl.Semarang Nomor 5 Malang 65145



         A. Susunan Kerangka Berpikir
1.       Pengertian Pengelolaan Kelas Efektif
Pengelolaan merupakan berasal dari terjemahan bahasa Inggris yaitu management yang artinya dalam bahasa Indonesia yaitu pengelolaan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019:1), pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain. Sementara itu, Nur (2014: 64) mengungkapkan bahwa, pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sedangkan kelas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019:1) adalah ruang tempat belajar di sekolah. Gunawan (2016:99) mengungkapkan bahwa kelas merupakan sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dapat disimpulkan bahwa, kelas merupakan ruang belajar di sekolah yang mana didalamnya terdapat aktivitas belajar bersama pada waktu dan guru yang sama.
Jadi, manajemen kelas atau pengelolaan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian terhadapat program-program yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selaras yang diungkapkan oleh Sanjaya (2011:174) bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas serta dapat mengembalikannya jika terdapat hal-hal yang mengganggu. Permana (2001), pengelolaan kelas yaitu seperangkat kegiatan guru dalam menciptakan dan mentertibkan kondisi kelas. Sedangkan menurut Nurabadi (2016:7), manajemen kelas adalah proses perencanaa, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan kegiatan pembelajaran guru dengan segenap penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

2.       Permasalahan yang Dihadapi dalam Pengelolaan Kelas
Dalam suatu pengelolaan pasti terdapat hambatan-hambatan atau permasalahan yang terjadi. Sama halnya dengan pengelolaan yang ada pada manajemen kelas. Dalam menciptakan kelas efektif dalam penerapannya banyak dijumpai berbagai kasus atau permasalahan. Masalah yang timbul dapat berasal dari peserta didik, guru, kondisi kelas dan situasi sekolah. Menurut Tim Dosen AP dalam Nurabadi (2016) menjelaskan bahwa masalah yang muncul di kelas yang dapat memungkinkan menganggu terjadinya proses kegiatan pembelajaran terdiri dari dua macam, yaitu:
a.       Masalah Individu
Masalah individu yaitu permasalahan yang melekat pada diri peserta didik baik dari aktivitasnya yang ada di rumah, jalan dan lingkungan sekolah hingga permasalahan yang ditimbulkan pada saat pembelajaran berlangsung, karena interaksinya dengan antar peserta didik lain maupun dengan gurunya.
b.       Masalah Kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang ditimbulkan dari adanya kolektivitas peserta didik yang tidak terorganisir sehingga memicu kecemburuan antar peserta didik dan ketidaksetujuan yang tidak dikemukakan yang pada akhirnya menurunkan partisipasi peserta didik dalam belajar.
Sedangkan menurut Gunawan (2016:14), mengungkapkan bahwa permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas, yaitu: (1) tingkat penguasaan materi oleh peserta didik; (2) fasilitas yang diperlukan dalam kegitan pembelajaran; (3) kondisi dari peserta didik; dan (4) teknik mengajar yang digunakan guru. Masalah individu yang tidak terpenuhinya kebutuhan diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Hal tersebut dapat memicu terjadinya tindakan peserta didik yang dapat digolongkan menjadi dua tindakan, yaitu: (1) tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian dari orang lain; dan (2) tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan yang dimilikinya.

3.       Strategi Pemecahan Masalah
Guru sebgai manajer dituntut untuk mengatur kegiatan yang ada dikelas agar pembelajaran berjalan secara kondusif. Kelas yang kondusif merupakan suasana kelas yang tenang serta mendukung akan keberhasilan yang diinginkan. Sehingga jika terjasi permasalahan di kelas, guru sebagai manajer kelas haruslah dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan yang dikemukaan oleh Evertson, dkk dalam Nurabadi (2016:52-54), mengungkapkan bahwa ada dua strategi dalam pemecahan masalah dalam menciptakan kelas efektif yaitu intervensi minor dan intervensi moderat. Intervensi minor dapat digunakan bila perilaku yang ditimbulkan tidak sampai menganggu kegiatan pembelajaran. Misalnya peserta didik memanggil guru tidak tepat pada waktunya, meninggalkan kursi tanpa izin, makan di dalam kelas, dan terlibat obrolan Bersama teman sebayanya. Masalah ini dapat diatasi dengan cara menggunakan isyarat non verbal, mendekati peserta didik, mengarahkan kembali atas perilaku tersebut, memberikan pelajaran yang dibutuhkan, memberikan peringatan secara langsung dan tegas, dan berilah peserta didik dalam satu pilihan.
Sedangkan intervensi moderta membutuhkan intervensi yang lebih kuat daripada sebelumnya. Misalnya perilaku peserta didik yang dapat menganggu jalannya kegiatan pembelajaaran seperti mengganggu peserta didik lain yang sedang mengerjakan tugas, menyalahgunakan hak istimewa, dan lain sebagainya. Strategi yang dapat digunakan yaitu: (1) tidak memberikan hak istimewa atau aktifitas yang diinginkan; (2) mengasingkan atau memindahkan peserta didik; dan (3) menjatuhkan pinalti. Sementara itu menurut Nurabadi (2016:64), mengungkapkan bahwa dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dengan menggunkan pihak lain sebagai sumber sperti mediasi teman sebaya, pertemuan orangtua dan guru, konselor, dan menemukan seorang mentor.

4.       Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan guru dalam mengelola kelas merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mewujudkan kelas yang kondusif. Guru yang hangat, akrab, antusias, dan tulus akan lebih mudah dalam menciptakan suasana kelas yang menyenengkan sehingga peserta didik akan dengan mudah menerima materi yang diberikan. Dibandingkan dengan guru yang tegang, peserta didik akan merasa takut dan materi yang dinerikan akan sulit untuk diterima meskipun keadaan kelas yang tenang. Hal ini karena peserta didik merasa ketakutan akan kemarahan yang dilakukan oleh guru.
Selain itu, guru juga diharapkan dapat menata ruang kelas dengan baik agar interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan guru maupun peserta didik dengan peserta didik dapat berjalan dengan baik. Maka dari itu, guru dituntut untuk memahami prinsip-prinsip dalam lingkungan fisik kelas menurut Loisell dalam Gunawan (2016:103), yaitu: (1) visibility; (2) accessibility; (3) fleksibilitas; (4) kenyamanan; dan (5) keindahan. Sunu (2015:60) mengungkapkan bahwa menciptakan keterampilan suasana kelas yang positif dengan menunjukkan keterampilan hubungan manusia, antara lain: (1) keterampilan komunikasi; (2) menumbuhkan rasa percaya diri; (3) mengembangkan rasa memiliki; dan (4) keterampilan bekerjasama.

5.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan kelas dalam rangka menciptakan suasana kelas menurut Jones dalam Nurabadi (2016:67) yaitu: (1) karakteristik dan kebutuhan peserta didik; (2) konteks sekolah; (3) personalitas guru; dan (4) belief regarding the goals of schooling. Sedangkan menurut Zainuddin (2015) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berhubungan dengan maslaah emosi, pikiran, dan perilaku siswa. Sedangkan faktor ekstern yaitu berkaitan dengan masalah lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan lain sebagainya.

    B.  Perumusan Masalah
Berdasarkan observasi yang dilakukan di MIN 1 Malang mengenai pelaksanaan pengelolaan kelas efektif, dapat dirumuskan bahwa terdapat pemasalahan dalam membangun kelas yang efektif, yaitu:
1.       Bagaimana pengelolaan kelas yang dilakukan di MIN 1 Malang?
2.       Bagaimana keterampilan guru dalam menciptakan kelas yang efektif?
3.       Bagaimana tindakan guru dalam menghadapi permasalahan-permaslahan di kelas?

     C. Pembahasan
Pengelolaan Kelas di MIN 1 Malang
            Berdasarkan observasi yang dilakukan di MIN 1 Malang, pengelolaan kelas agar menciptakan kelas yang efektif yaitu dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu, setelah perencanaan dilakukan pelaksanaan, dan evaluasi mengenai hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Perencanaa pembelajaran termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau biasa yang disebut dengan RPP. Di dalam RPP sudah termuat mengenai  kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Termasuk dalam menentukan metode, model, media, dan penilaian yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selaras dengan Gunawan, (2016:7) bahwa pengelolaan kelas mencakup proses perencanaan, pengorganisasian, aktualisasi, dan pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individu maupun dengan atau melalui orang lain (misalnya rekan sejawat atau dengan siswa sendiri) untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, dengan cara memberdayakan segala sumber daya yang ada. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 19 Ayat 3 Tentang Standar Proses, bahwa setiap satuan Pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan, proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sehingga untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, perlu adanya perencanaan yang baik dengan perencanaan yang pula akan menghasilkan kelas efektif untuk guru dan peserta didik.
            Pelaksanaan pembelajaran di MIN 1 Malang berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat pada RPP yang mengacu pada Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar (KD) Misalnya dalam mata pelajaran akhidah dan akhlak membahas tentang akhlak terpuji, maka kompetensi dasar yang harus dikuasi siswa yaitu siswa dapat memahami dan menerapkan akhlak-akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Jika peserta didik telah mencapai tahap tersebut maka guru berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran.  
 Selanjutnya yaitu tahap evaluasi, tahap evaluasi disini lebih diarahkan pada evaluasi hasil belajar peserta didik. Evaluasi yang digunakan di MIN 1 Malang yaitu evaluasi secara indivu. Jadi, meskipun guru memerintahkan untuk bekerja secara kelompok penilaian yang dilakukan tetaplah dilakukan secara individu. Penilaian sacara individu dilakukan karena bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Jahja Qohar Al-Haj dalam Mahirah (2017:262), mengungkapkan bahwa fungsi evaluasi dilihat dari sisi siswa yaitu untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan jika dilihat dilihat dari sisi program pengajaran yaitu sebagai dasar pertimbangan kenaikan dan promosi siswa, sebagai dasar penyusunan dan penempatan kelompok siswa yang homogen, sebagai diagnosis dan remedial, sebagai dasar dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan, sebagai pemberi motivasi pada siswa, dan sebagai dasar pemberian angka dan rapor bagi kemajuan belajar siswa. Jadi, tujuan evaluasi secara individu yaitu untuk mengukur tingkat pencapaian dan penguasaan materi pada peserta didik dan sebagai bahan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru. Dengan adanya evaluasi tersebut guru dapat mencari tahu masalah apa yang dialami peserta didik, sehingga peserta didik tersebut tidak dapat mencapai batas minimal yang telah ditentukan. Misalnya cara pengajaran guru yang kurang sesuai, jadi guru dapat memperbaiki cara mengajarnya agar dapat diterima oleh seluruh peserta didik.
             
Keterampilan Guru dalam Menciptakan Kelas Efektif
Keterampilan guru dalam menciptakan kelas yang efektif sangat dibutuhkan, karena dengan guru yang terampil dalam mengkondisikan kelasnya maka kedisiplinan dan kondusifitas dalam kelas akan tetap terjaga. Dalam menjaga kondusifitas dan kedisiplinan kelas di MIN 1 Malang, guru telah melakukan kontrak kelas terlebih dahulu anatar peserta didik dengan guru mengenai peraturan-peraturan yang ada di kelas. Berdasarkan Colvin dalam Widodo (2013:336), terdapat beberapa langkah penegakan disiplin kelas yang harus dilakukan oleh guru dalam menegakkan disiplin kelas proaktif, yaitu: (1) pernyataan tujuan; (2) menyusun perilkau yang diharapkan; (3) mengajarkan perilaku yang diharapkan; (4) mempertahankan perilaku yang diharapkan; (5) perbaikan perilaku bermasalah; (6) menggunakan data; dan (7) mempertahankan rencana untuk jangka panjang.
Selain itu, guru juga menggunakan metode-metode pembelajaran yang menarik bagi peserta didik sehingga dapat meningkatkan berpartisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan di MIN 1 Malang yaitu dengan metode pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual yaitu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran dengan pengalamannya sendiri, sehingga materi yang disampaikan lebih dipahami dan peserta didik tidak hanya sekedar mengetahui materinya saja. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kadir (2013:19), bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang akan dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Misalnya seperti pembelajaran kontekstual yang diterapkan di MIN 1 Malang yaitu, materi belajar tentang gizi makanan. Pada materi tersebut, peserta didik diminta untuk membawa makanan, seperti buah, sayur, biji, ataupun kacang-kacangan. Dari makanan yang dibawa, peserta didik diminta untuk mengamati dan mencari tahu apa saja gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.
Sedangkan untuk mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran, guru di MIN 1 Malang menerapkan metode observasi. Metode ini mendorong peserta didik agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. Metode observasi yang digunakan seperti, peserta didik diminta untuk mengamati pertumbuhan pada tanaman. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut peserta didik diberikan langkah-langkah kerja yang harus dikerjakan yang tertuang dalam lembar kerja siswa. Setelah selesai, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil yang didapatkan di depan kelas.

Tindakan Guru dalam Menghadapi Permasalahan Kelas
            Setiap peserta didik pastilah memiliki karakteristik masing-masing, ada peserta didik yang hipperaktif, pendiam, santun, bandel, dan lain sebagainya. Maka dari itu guru dituntut untuk menguasai beberapa pendekatan-pendekatan yang mana dapat diadaptasi jika dihadapkan dengan berbagai tingkah laku peserta didik. Pendekatan yang perlu dikuasi oleh guru yaitu pendekatan pengubahan tingkah laku, pendekatan iklim sosio-emosional, dan pendekatan proses kelompok. Pendekatan-pendekatan tersebutlah yang digunakan guru dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan peserta didik.
            Seperti halnya di MIN 1 Malang, jika ada peserta didik yang melanggar pearaturan kelas seperti ramai, maka pertama kali yang dilakuakn oleh guru yaitu mengingatkan murid tersebut terlebih dahulu, jika murid tersebut tetap ramai guru memberikan suatu persyaratan dengan satu pilihan seperti tetap mengikuti pelajaran dikelas atau keluar dari kelas, biasanya dengan hal seperti ini peserta didik akan lebih diam ketika mengikuti pembelajaran. Hal tersebut selaras dengan strategi pemecahan masalah menurut Evertson, dkk dalam Nurabadi (2016:53), mengungkapkan bahwa salah satu pemecahan masalah seperti kasus diatas yaitu dengan memberikan peserta didik satu pilihan. Memberikan tanggungjawab kepada peserta didik dengan mengatakan bahwa ia memiliki pilihan untuk berperilaku dengan baik atau menerima konsekuensi negative. Serta yakinlah untuk memberi tahu peserta didik perilkau yang pantas dan konsekuensi karena tidak menampilkan perilaku yang pantas.
            Sedangkan reward diberikan kepada peserta didik yang rajin dan santun. Reward yang diberikan lebih kepada hasil nilai yang didapat oleh peserta didik. Misalnya jika peserta didik selama proses pembelajaran selalu aktif dan mengikutinya sehingga peserta didik tersebut mendapatkan reward yaitu berupa nilai tambahan yang didapat dari hasil bertanyanya ketika proses pembelajaran. Sehingga siswa terpacu untuk turut aktif dalam pembelajaran. Hal tersebutlah yang digunakan guru di MIN 1 Malang untuk meningkatkan keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebelum punishment atau penguatan yang diberikan kepada siswa biasanya di MIN 1 Malang telah dikomunikasikan terlebih dahulu di awal masuk semester baru. Serta guru juga telah memberitahukan teknis pembelajaran yang akan dilakukan selama proses pembelajaran kedepannya.  
            Selain menghadapi peserta didik yang rajin ataupun bandil, guru juga harus bisa menghadapi peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran. Hal yang dilakukan oleh guru di MIN 1 Malang untuk mengaktifkan peserta didik tersebut dengan melakukan pertama, memanggil namanya ketika dalam proses pembelajaran, kemudian peserta didik tersebut diminta untuk berpendapat mengenai materi yang sedang dibahas. Yang kedua yaitu, dengan membritahukan bahwa sistem penilaian yang dilakukan adalah secara individu meskipun dibentuk dalam kelompok, penilaian yang dilakukan secara individu. Jadi, jika peserta didik tersebut tidak aktif bertanya maka peserta didik tersebut tidak akan mendapatkan nilai yang dapat berdampak pada hasil prestasi yang akan diperolehnya.
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa jika guru dapat melakukan pengelolaan kelas dengan baik, maka kelas akan menjadi efektif serta kondisi kelas selama proses pembelajaran akan menjadi lebih kondusif. Kondisi kelas akan berpengaruh pada prestasi yang dihasilkan oleh peserta didik, maka dari itu guru dituntut untuk dapat menciptakan kelas kondusif. Kelas yang kondusif akan memberikan pengaruh yang positif termasuk hasil prestasi yang diberikan oleh peserta didik.
            Untuk menciptakan kelas yang efektif, adapun hambatan-hambatan yang dialami oleh guru yaitu rasa malas. Seperti manusia pada umumnya, guru akan merasa malas jika harus menyusun rencana pembelajaran. Padahal faktor utama keberhasilan dalam pembelajaran adalah terletak pada perencanaan. Jika perencanaan yang dilakukan disusun dengan baik dan matang maka dalam penerapan atau pengaplikasian planning akan berjalan dengan baik. Dan sebaliknya, jika dalam pembelajaran guru tidak melakukan proses perencanaan maka guru akan merasa kesulitan dalam proses pembelajaran, karena ia tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukannya selama proses pembelajaran. Solusi yang dapat digunakan yaitu guru harus dapat menekan atau mengontrol rasa malasnya dan menanamkan pada dirinya ia memiliki tanggungjawab dalam menyukseskan kelas yang ia ajar untuk dapat berprestasi.

    D.  Kesimpulan
Pengelolaan kelas merupakan tindakan guru dalam membantu membentuk tingkah laku peserta didik dengan menghindari atau mengurangi tingkah laku peserta didik yang kurang sesuai dengan tujuan sekolah dan memelihara organisasi kelas agar efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil kegiatan observasi di MIN 1 Malang, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas yang dilakukan sudah efektif. Hal tersebut dapat dilihat pada yang petama, guru telah melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Serta dalam proses pembelajaran guru telah menerapkan keterampilannya dalam mengelola kelas dengan baik. Misalnya dalam hal pengkondisian kelas agar tetap disiplin, menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, dan membangun sosio-emosional dengan para peserta didik.

Daftar Rujukan
Gunawan, I. 2016. Manajemen Kelas. Malang: UM Press.
Kadir, A. 2013. Konsep Pembelajaran Kontekstual di Sekolah. Dinamika Ilmu. (Online), (https://www.journal.iain-samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/20/19), Vol. 13 No. 3, Desember 2013, diakses 21 Maret 2019.  
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2019. (Online), (https://kbbi.web.id/kelas), diakses 20 Maret 2019.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2019. (Online), (https://kbbi.web.id/kelola), diakses 20 Maret 2019.
Mahirah. 2017. Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa). Jurnal Idarah. (Online), (http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/idaarah/article/viewFile/4269/3931), Vol. 1 No. 2, Desember 2017, diakses 21 Maret 2019.
Nurabadi, A. 2016. Manajemen Kelas Berbasis Peserta Didik. Malang: UM Press.
Nur, Suhaebah. 2014. Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Minat Belajar PKN Pada Peserta Didik di SMA 1 Polawali. Jurnal Pepatuzdu. (Online), (https://journal.lppm-unasman.ac.id/index.php/pepatudzu/article/viewFile/23/22),  Vol. 8, No. 1, November 2014, diakses 19 Maret 2019.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. (Online), (https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/PP0322013.pdf), diakses 21 Maret 2019.
Permana, J. 2001. Pengelolaan Kelas dalam Rangka Proses Belajar Mengajar. (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195908141985031-JOHAR_PERMANA/Penglolaan_Kelas_%28Iris%29.pdf), diakses 19 Maret 2019.
Sanjaya, W. 2011. Pembelajaran dalam Implementasi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Widodo. 2013. Penerapan Tujuh Langkah Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif Karya Colvin dalam Pembudayaan Hidup Aktif dan Sehat di Sekolah. (Online), (https://media.neliti.com/media/publications/138845-none-7c5d7091.pdf), diakses 21 Maret 2019.
Zainuddin, A. 2015. Strategi Pengelolaan Kelas. (Online), (http://www.academia.edu/26051331/STRATEGI_PENGELOLAAN_KELAS), diakses 19 Maret 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Visitor Counter

Popular Posts

Buku Tamu


Ingin Widget ini ?
Klik di sini

Comment

About

3/random/post-list
Copyright © Lentera Pendidikan | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com